Sempat Diputus, Sebagian Akses Internet di Myanmar Mulai Pulih

Setelah sempat diputus sementara, sebagian akses internet di Myanmar mulai pulih menyusul aksi demonstrasi warga memprotes kudeta pemerintahan.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 08 Feb 2021, 15:49 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2021, 15:49 WIB
Lautan Manusia di Yangon Protes Kudeta Myanmar
Para pengunjuk rasa turun ke jalan saat demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar pada Sabtu (6/2/2021). Mereka menyerukan pembebasan pemimpin sipil terpilih, Aung San Suu Kyi, beserta para politikus lainnya yang telah ditahan sejak kudeta pada hari Senin. (STR / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Akses internet di Myanmar sebagian mulai pulih pada Minggu 7 Februari 2021. Informasi ini diumumkan oleh NetBlocks, kelompok pemantauan internet.

"Pemulihan sebagian konektivitas internet dikonfirmasi di Myanmar, mulai pukul 14 waktu setempat (7 Februari 2021) di beberapa penyedia setelah terjadinya pemadaman," kata NetBlocks melalui Twitter, seperti dikutip Tekno Liputan6.com dari The Star, Senin (8/2/2021).

Pada Sabtu, 6 Februari lalu, pemerintah militer baru Myanmar memerintahkan operator dan penyedia layanan internet untuk menghentikan sementara akses internet di negara tersebut.

Kendati sebagian akses internet telah dipulihkan menurut NetBlocks platform media sosial masih tetap dilarang alias diblokir pada Minggu malam waktu setempat.

Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, pemerintah militer baru memerintahkan ke operator seluler dan penyedia layanan internet di Myanmar untuk memblokir akses atas Facebook, Twitter, dan Instagram hingga waktu yang belum ditentukan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Meski Internet Padam, Masih Ada Pengguna yang Bisa Facebook Live

Demonstran anti-kudeta Myanmar di Yangon melayangkan salut tiga jari ala The Hunger Games, simbol pembangkangan terhadap pemerintahan totaliter (AFP PHOTO)
Demonstran anti-kudeta Myanmar di Yangon melayangkan salut tiga jari ala The Hunger Games, simbol pembangkangan terhadap pemerintahan totaliter (AFP PHOTO)

Sehari sebelumnya, yakni Minggu 7 Februari 2021, NetBlocks mengatakan, konektivitas internet di Myanmar hanya 14 persen dari hari biasanya.

Meskipun internet padam, beberapa pihak masih dapat menyiarkan Facebook Live berisi puluhan ribu pengunjuk rasa di jalan-jalan Kota Yangon.

Pelapor khusus PBB untuk urusan HAM di Myanmar, Tom Andrews mengatakan, gangguan internet membahayakan dan merupakan pelanggaran hak asasi manusia.

"Para jenderal kini mencoba melumpuhkan gerakan perlawanan warga dan menjaga dunia luar dalam kegelapan - dengan memangkas hampir semua akses internet," kata Andrews melalui cuitannya.

 


Internet Padam Susul Aksi Protes Masyarakat Myanmar

Lautan Manusia di Yangon Protes Kudeta Myanmar
Seorang demonstran muda memegang poster saat ikut serta dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar pada Sabtu (6/2/2021). Ini adalah demonstrasi besar pertama sejak para jenderal merebut kekuasaan. (YE AUNG THU / AFP)

Sebelumnya, Tech Crunch melaporkan, pada Sabtu 6 Februari 2021, Telenor, operator telekomunikasi asal Norwegia yang menjalankan layanan di Myanmar mengungkap, Kementerian Transport dan Komunikasi Myanmar (MoTC) memerintahkan semua operator seluler untuk menghentikan sementara layanan data (internet) di Myanmar. Sementara, layanan suara dan SMS tetap bisa diakses.

"Dalam perintah, MoTC mengutip dasar hukum dalam Undang-Undang Telekomunikasi Myanmar dan merujuk peredaran hoaks, stabilitas bangsa, dan kepentingan publik sebagai dasar tatanan tersebut. Telenor Myanmar sebagai perusahaan lokal terikat hukum setempat dan perlu menangani situasi yang tidak biasa dan sulit ini," kata Telenor dalam pernyataannya.

Telenor Myanmar juga menyebut, pihaknya memprioritaskan keselamatan karyawan di lapangan.

Ini merupakan kelanjutan dari aksi ribuan warga Myanmar turun ke jalan di Kota Yangon untuk berunjuk rasa memprotes kudeta pemerintahan militer yang terjadi 1 Februari 2021. Pada saat bersamaan, pemerintah militer justru memperlambat akses internet di negara tersebut.

Menurut kelompok monitoring NetBlocks Internet Observatory, pemadaman internet hampir total berlaku, pasalnya konektivitas diturunkan ke 16 persen dari biasanya. Demikian dikutip dari BBC, Minggu (7/2/2021).

"Konektivitas nasional turun hingga 75 persen dari tingkat biasanya. Data menunjukkan bahwa pelambatan akses internet mempengaruhi beberapa operator jaringan, termasuk Myanma Post and Telecommunications milik pemerintah dan Telenor," kata NetBlocks.

(Tin/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya