Peran Internet dalam Kudeta Militer di Myanmar

Militer Myanmar telah mempelajari tentang bahaya internet bebas sehingga melakukan kontrol ketat.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2021, 19:24 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2021, 14:02 WIB
FOTO: Kampanye Pendukung Partai Aung San Suu Kyi Jelang Pemilu Myanmar
Pendukung partai National League for Democracy (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi mengibarkan bendera partai dan bersorak-sorai dari truk saat kampanye pemilihan umum bulan depan di Naypyitaw, Myanmar, Rabu (21/10/2020). (AP Photo/Aung Shine Oo)

Liputan6.com, Jakarta - Militer Myanmar menangkap Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Myint, dan tokoh senior politik lainnya dalam kudeta 1 Februari 2021. Pihak militer mengumumkan keadaan darurat selama satu tahun dan menjadikan Jenderal Ming Aung Hlaing sebagai pemimpin Myanmar.

Menurut Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) Damar Juniarto, militer Myanmar telah mempelajari tentang bahaya internet bebas sehingga melakukan kontrol ketat.

UU Telekomunikasi Myanmar pada 2013 bahkan secara terbuka mengizinkan kriminalisasi aktivitas di internet atas komunikasi yang "tidak jujur" ataupun "tidak benar" menurut rezim.

Cara internet Myanmar dikontrol ketat adalah dengan melakukan pemadaman, pengawasan, serta pemblokiran internet dengan alasan menjaga keamanan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Cyber Army Myanmar

Banyak orang menyambut Aung San Suu Kyi setelah dibebaskan dari tahanan rumah pada tahun 2010. (AFP)
Banyak orang menyambut Aung San Suu Kyi setelah dibebaskan dari tahanan rumah pada tahun 2010. (AFP)

Menurut catatan Koalisi Keep It On, salah satu aksi pemadaman internet Myanmar terjadi pada 2019 di negara bagian Rakhine dan Chin. Negara bagian Rakhine adalah wilayah di mana terjadinya konflik yang masih aktif antara warga Muslim Rohingya dan militer Myanmar.

Demokrasi Myanmar yang merosot sudah menjadi sorotan di laporan Freedom House pada 2019 ketika seorang jurnalis dipenjara atas liputan investigasinya tentang Myanmar. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa militer Myanmar dituduh penyelidik PBB melakukan aksi genosida terhadap warga yang tinggal di Rohingya sejak 2017.

Dalam webinar tersebut, Juniarto memaparkan data dari NetBlocks Internet Observatory yang menunjukkan bahwa pemadaman internet mulai berlaku dan meluas di Myanmar pada Minggu 31 Januari. Keesokan harinya pada 1 Februari waktu dinihari, Aung San Suu Kyi dilaporkan tertangkap dan pemberontakan militer sedang berlangsung.

Pemadaman internet yang awalnya 75% turun menjadi 50% sampai akhirnya kembali normal lagi pada pukul 08.00 waktu setempat pada hari yang sama. Menurut Juniarto, penggunaan Facebook juga diblokir. Aksi pemblokiran tersebut adalah hambatan luar biasa untuk warga menggunakan Facebook.

"Facebook memainkan peran yang penting sekaligus rentan," jelasnya dalam webinar, Kamis (4/2/2021).

Menurut Juniarto, Facebook adalah "gudang disinformasi" untuk Myanmar. Facebook sendiri telah menghapus akun Facebook Myanmar American News dengan alasan penyebaran hoax yang sering di unggah untuk menyebarkan disinformasi tentang partai yang merupakan oposisi partai afiliasi militer.

Julianto mengatakan cyber army dari militer Myanmar juga ditakutkan. Pasukan tersebut telah dilatih di China. 

Militer Myanmar juga mempunyai "Blink Hacker Group (BHG)" dan "Kachin Cyber Army" yang dioperasikan oleh Tatmadaw militer Myanmar. Juniarto juga mengatakan, yang dapat dilakukan Indonesia untuk membantu Myanmar saat ini adalah untuk membangun tekanan regional dan internasional.

Selain membangun tekanan, sambung dia, Indonesia juga dapat mendukung revisi Konstitusi Myanmar 2008 -- sebuah konstitusi yang dirancang oleh militer, serta memimpin konsolidasi demokrasi di ASEAN.

Ketua Institusi Sarinah, Eva Kusuma Sundari menambahkan, "Indonesia masih diharapkan" untuk bersuara dalam upaya untuk membantu demokrasi Myanmar.

 

Reporter: Paquita Gadin

 


Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar

Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya