Liputan6.com, Jakarta - Laporan East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2021 yang dirilis oleh East Ventures bersama dengan Katadata Insight Center menyebutkan bahwa secara umum daya saing digital antarprovinsi di Indonesia semakin merata.
Menurut laporan bertajuk "Momentum Akselerasi Transformasi Ekonomi Digital" itu, di level provinsi, DKI Jakarta memimpin daya saing digital dengan skor EV-DCI 77,6. Kemudian, ia diikuti oleh provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur dengan skor masing-masing dengan skor 57,1 dan 48,0.
Sementara itu, provinsi Papua berada di urutan terbawah dengan skor 22,0.
Advertisement
Bali dan Kepulauan Riau menjadi provinsi yang mencatatkan peningkatan skor secara signifikan, bahkan melampaui dominasi provinsi-provinsi dari pulau Jawa. Bali menduduki posisi keempat dengan skor 47,7 (naik dari peringkat ketujuh dengan skor 40,6 pada tahun lalu).
Baca Juga
Sementara Kepulauan Riau naik ke posisi ketujuh dengan peningkatan skor dari 35,9 menjadi 43,0 pada tahun ini. Baik di Bali maupun Kepulauan Riau semakin banyak penduduk yang bergantung pada internet dalam pekerjaan atau menjalankan usahanya.
Peningkatan skor Bali juga tidak lepas dari faktor infrastruktur digital di provinsi tersebut yang memiliki skor terbaik kedua setelah DKI Jakarta (82,42). Tingginya skor Infrastruktur ini didukung sejumlah indikator penyusunnya, seperti rasio desa yang telah mendapat cakupan jaringan 3G dan 4G.
Naiknya peringkat dan skor ekonomi digital di daerah tersebut tidak terlepas dari faktor geografis.
Faktor jarak dekat dengan Singapura membuat Kepulauan Riau, khususnya Batam, menjadi salah satu tujuan investasi dari Singapura, termasuk investasi di sektor ekonomi digital. Salah satunya adalah Nongsa Digital Park, yang kini telah diisi oleh sekitar 150 perusahaan dan 1.000 pengembang teknologi dan pelaku industri kreatif.
Pemerataan
Adapun pemerataan skor daya saing digital, itu tampak dari kenaikan skor median indeks dari 27,9 pada 2020 menjadi 32,1 pada 2021.
"Adanya pandemi sedikit mengerem pertumbuhan pesat ekonomi digital Indonesia. Namun, pandemi juga membantu mengakselerasi adopsi layanan digital di Indonesia," ujar Willson Cuaca, Co-Founder & Managing Partner East Ventures.
Willson pun mengibaratkan kondisi ini seperti ketapel yang ditarik ke belakang dan meyakini bahwa "ekonomi digital Indonesia bakal melesat menuju era keemasan setelah setelah pandemi bisa teratasi."
Berdasarkan temuan dari perhitungan indeks EV-DCI, ada dua faktor utama yang mendorong perkembangan dan pemerataan daya saing digital di Indonesia di tengah pandemi.
Â
Advertisement
Faktor pendorong
Pertama, pembangunan infrastruktur yang makin merata. Infrastruktur merupakan pilar EV-DCI dengan kenaikan skor tertinggi, yakni 7,5 poin menjadi 54,3 pada 2021.
Sejumlah indikator yang mendorong kenaikan skor ini adalah rasio desa yang mendapatkan sinyal 3G dan 4G, rasio rumah tangga yang memiliki sambungan telepon tetap, serta tingkat gangguan listrik.
Kedua, peningkatan pengeluaran untuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang mengindikasikan penduduk Indonesia semakin banyak menggunakan layanan dan transaksi berbasis digital. Pilar pengeluaran TIK dalam indeks EV-DCI naik 6,3 poin.
Sejumlah indikator yang mendukung kenaikan skor ini adalah peningkatan rasio rumah tangga yang memiliki pengeluaran untuk TIK, pengeluaran rata-rata rumah tangga untuk TIK, serta balas jasa dan upah pekerja di sektor TIK.
Perkembangan signifikan pada kedua pilar EV-DCI itu melengkapi kekuatan daya saing Indonesia dalam hal penggunaan TIK. Meskipun hanya naik 2,7 poin pada 2021, penggunaan TIK di Indonesia menjadi pilar EV-DCI dengan daya saing tertinggi dan memiliki skor paling merata dibandingkan dengan pilar lainnya. Â