Ini Susunan Direksi Baru Telkomsel

Telkom dan SingTel selaku pemegang saham Telkomsel baru saja mengumumkan adanya beberapa perubahan direksi perusahaan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 29 Mei 2021, 09:33 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2021, 08:50 WIB
Telkomsel
Telkomsel baru saja meluncurkan Paket Data Proteksi yang merupakan hasil kerja sama dengan Allianz. (Foto: Telkomsel)

Liputan6.com, Jakarta - Telkomsel baru saja mengumumkan adanya perubahan direksi perusahaan. Telkom dan SingTel selaku pemegang saham telah mengangkat Hendri Mulya Syam sebagai Direktur Utama menggantikan Setyanto Hantoro.

Selain Hendri, Mohamad Ramzy juga diangkat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko Telkomsel menggantikan Leornadus Wahyu Wasoson. Sementara Adiwinahyu Basuki Sigit sebagai Direktur Sales menggantikan Hendri Mulya Syam.

"Penetapan susunan baru direksi sejalan dengan strategi Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi digital dengan mengembangkan digital trifecta yang meliputi digital connectivity, digital platform, dan digital services, sekaligus membuka lebih banyak banyak peluang bagi masyarakat Indonesia melalui penguatan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan," tutur VP Corporate Communications Telkomsel Denny Abidin dalam keteranga resmi yang diterima, Sabtu (29/5/2021).

Adapun keputusan ini berlaku efektif sejak 28 Mei 2021. Dengan perubahan ini, susunan Direksi Telkomsel selengkapnya adalah :

• Direktur Utama: Hendri Mulya Syam

• Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko: Mohamad Ramzy

• Direktur Sales: Adiwinahyu Basuki Sigit

• Direktur Network: Nugroho

• Direktur Planning & Transformation: Wong Soon Nam

• Direktur Information Technology: Bharat Alva

• Direktur Marketing: Rachel Goh

• Direktur Human Capital Management: R Muharam Perbawamukti

 

Telkomsel Buktikan Indonesia Tetap Tangguh dari Hantaman Pandemi dengan Rilis 5G

Peluncuran layanan 5G Telkomsel. Liputan6.com/Agustinus Mario Damar
Peluncuran layanan 5G Telkomsel. Liputan6.com/Agustinus Mario Damar

Di sisi lain, Telkomsel resmi mendapat Surat Keterangan Layak Operasi (SKLO) 5G di Indonesia. Artinya, Telkomsel menjadi operator pertama yang menggelar jaringan 5G di Tanah Air.

Pengamat telekomunikasi Heru Sutadi memandang hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia tetap tangguh dari hantaman pandemi Covid-19.

Menurutnya layanan 5G Telkomsel ini bukan hanya pemenuhan akselerasi transformasi digital, tapi jauh lebih bermanfaat lagi.

Kehadiran layanan 5G Telkomsel membuktikan kepada dunia luar, Indonesia tidak tertinggal dalam urusan teknologi baru.

"Dimulainya layanan 5G oleh Telkomsel, bukan hanya merupakan pemenuhan akselerasi transformasi digital sesuai arahan Presiden Joko Widodo tetapi juga menunjukkan, dalam kondisi pandemi Indonesia tetap menjadi bangsa yang tangguh. Indonesia tidak ketinggalan dalam mengadopsi teknologi terbaru," kata Heru.

Senada, Pengamat dari Indotelko Forum, Doni Ismanto, pun menyambut adopsi 5G pertama di Indonesia oleh Telkomsel. Menurutnya, Telkomsel selalu menjadi yang pertama dan terdepan dalam hal teknologi baru.

Sebelumnya, Telkomsel juga jadi yang pertama mengadopsi teknologi 3G dan 4G di Indonesia.

"Telkomsel memang selalu pertama untuk adopsi teknologi baru. Mulai dari 3G dan 4G, meski di 5G ada kendala kapasitas frekuensi, langkah Telkomsel jika nanti komersialkan di area terbatas itu sudah tepat, agar bisa membangun user experience dan ekosistem dulu," kata Doni. 

Kapasitas Frekuensi Jadi PR Pemerintah

Menurut Doni, kapasitas frekuensi seharusnya menjadi PR pemerintah untuk segera dituntaskan. Apalagi, GSMA sudah meminta 6GHz juga didedikasikan untuk 5G.

Artinya jika frekuensi yang tersedia benar-benar ideal, baru bisa dituntut yang maksimal dari operator.

"Sekarang kita harus hargai kerja keras operator seperti Telkomsel yang mencoba menghadirkan 5G dengan segala keterbatasan di sisi frekuensi," kata Doni.

Heru menambahkan, upaya Telkomsel ini juga diharapkan bisa menggerakkan ekonomi bangsa. Terutama menurut Heru dari UMKM dan menjawab tantangan WFH, PJJ dan apa pun yang kini banyak dilakukan di rumah karena sasaran pertama komersial adalah residensial

"Sebagai tahap awal, tentu pembangunan di tahun pertama hanya sekitar 2-3 provinsi, kemudian nanti terus berkembang karena tidak tertutup kemungkinan akan digelar di Ibu Kota Negara baru, kemudian wilayah dan kota dengan permintaan tinggi," katanya.

Menurut Heru, sejalan dengan implementasi 5G, perlu juga dikembangkan ekosistemnya, karena yang utama adalah yang mendukung industri 4.0 seperti internet of things, kecerdasan buatan, VR, AR hingga blockchain. 

(Dam/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya