Liputan6.com, Washington D.C - Jo Ellis menanggapi tuduhan palsu menyusul tabrakan mematikan American Airlines dan helikopter Black Hawk di Washington D.C, Amerika Serikat.
Tabrakan tragis di udara antara helikopter Black Hawk dan jet American Airlines telah membuat warga AS berduka.
Insiden ini juga merenggut nyawa 67 orang, termasuk lebih dari selusin calon atlet seluncur indah, dikutip dari laman Evrimagaci, Rabu (5/2/2025).
Advertisement
Tak lama setelah bencana ini, misinformasi mulai menyebar di media sosial, secara keliru mengidentifikasi Jo Ellis, seorang pilot Black Hawk transgender, sebagai salah satu tentara di helikopter militer yang terlibat.
Ellis, yang bertugas di Garda Nasional Angkatan Darat Virginia menyebut ada kondisi tidak adil yang menjadi sorotan ketika rumor beredar yang mengklaim bahwa dialah yang memegang kendali selama peristiwa tragis ini.
Untuk menanggapi klaim yang tidak berdasar ini, Ellis merilis video bukti kehidupan di media sosial tempat dia mengklarifikasi statusnya dan mengungkapkan rasa frustrasinya atas spekulasi seputar namanya.
Dengan tenang dia menyatakan: "Saya tahu beberapa orang mengaitkan saya dengan kecelakaan di D.C, dan itu tidak benar.
Merupakan penghinaan ketika ada orang yang mengaitkan ini dengan agenda politik.
"Keluarga saya tidak pantas menerima ini. Saya tidak pantas menerima ini," kata Ellis yang telah bertugas selama 15 tahun di Garda Nasional Virginia.
Ia juga mengutuk rumor tersebut dan menyerukan penghormatan bagi keluarga yang berduka yang terkena dampak kecelakaan tersebut.
Akar dari misinformasi tersebut tampaknya berasal dari sebuah unggahan di media sosial oleh akun FakeGayPolitics, yang secara keliru menyatakan: "Pilot Black Hawk telah diidentifikasi sebagai Chief Warrant Officer 2 (CW2) Jo Ellis, seorang wanita transgender."
Â
Kritik Donald Trump
Beberapa komentar daring menunjukkan teori tak berdasar yang menunjukkan niat jahat, dengan seorang pengguna menyimpulkan tulisan pribadi Ellis mengisyaratkan "misi bunuh diri" yang terkait dengan identitas gendernya.
Skenario ini menyoroti kecenderungan yang mengkhawatirkan untuk mengeksploitasi kehidupan pribadi demi narasi sensasional, yang sering kali merugikan kebenaran dan rasa hormat.
Latar belakang politik yang memperkuat skandal ini bersarang dalam pernyataan terbaru Presiden Trump yang mengkritik inisiatif keberagaman, kesetaraan dan Inklusi (DEI), yang mengisyaratkan bahwa inisiatif tersebut mungkin berkontribusi pada kondisi yang menyebabkan tabrakan.
Dengan mengangkat narasi yang memecah belah ini, klaim Trump hanya mengobarkan api spekulasi, mengaburkan duka mendalam atas hilangnya nyawa.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)