Liputan6.com, Jakarta - LIPI kembali melantik penelitinya sebagai profesor riset pada Selasa, 27 Juli 2021. Ada empat kandidat yang akan dilantik, yakni Rudi Subagja (Pusat Penelitian Metalurgi dan Material), Sensus Wijonarko (Pusat Penelitian Fisika), Danny Hilman Natawidjaja (Pusat Penelitian Geoteknologi), dan Efendi (Pusat Penelitian Metalurgi dan Material).
Dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (26/7/2021), profesor riset yang dilantik ini adalah Profesor Riset ke 151, 152, 153, dan 154 di lingkungan LIPI. Adapun kegiatan orasi pengukuhan profesor riset ini akan digelar secara virtual live streaming di kanal YouTube LIPI mulai pukul 08.00 hingga 12.00 WIB.
Baca Juga
Pada naskah orasi Profesor Riset yang berjudul "Pengembangan Teknologi Proses Ekstraksi Titanium, Nikel, dan Tembaga untuk Kemandirian Industri Nasional", Rudi Subagja menyampaikan Indonesia mempunyai daya mineral di beberapa daerah, tapi belum dimanfaatkan secara optimal.
Advertisement
Menurutnya, hal itu terlihat dari mata rantai industri yang belum lengkap dan masih adanya ketergantungan Indonesia pada impor bahan logam.
"Sehingga permasalahan nasional yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana menciptakan teknologi untuk memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral Indonesia menjadi komoditas logam yang diperlukan oleh bangsa Indonesia," tuturnya.
Untuk itu, dengan kegiatan penelitian proses metalurgi ekstraksi yang ia lakukan, telah dikembangkan teknologi proses pengolahan ilmenit menjadi TiO2, proses pengolahan bijih nikel laterit kadar rendah menjadi konsentrat nikel dan logam, serta proses pengolahan bijih tembaga malasit menjadi logam tembaga.
Sementara itu, Sensus Wijonarko dalam naskah orasi Profesor Risetnya yang berjudul "Instrumentasi Neraca Air dalam Sistem Pengamat Hidrometeorologi Terpadu untuk Upaya Mewujudkan Ketahanan Air" menyampaikan ketahanan air suat kawasan dapat diperkirakan dari neraca air (keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air). Informasi itu didapat melalui metode penghitungan tentang pergerakan air.
Sensus mengatakan, perhitungan ini mampu mendapatkan neraca air dalam lingkup luas, tapi perlu data yang lama dan ahli yang dapat melakukannya. Hasil rata-rata tersebut juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya tidak dapat dipakai untuk melihat kondisi sesaat.
"Kesulitan tersebut dapat diatasi atau dikurangi dengan metode pengukuran neraca air memakai instrumentasi neraca air yang diharapkan dapat menjadi salah satu bagian dari sistem pengamat hidrometeorologi terpadu pada masa mendatang," tutur Sensus menjelaskan.
Peneliti yang mendalami bidang Teknologi Instrumentasi tersebut juga mengatakan instrumentasi neraca air ini juga dapat berfungsi sebagai kalibrator perhitungan neraca air. Selain itu, bisa pula menjadi pembanding dengan instrumentasi neraca air di tempat yang lain yang menerapkannya, terutama bila sudah terintegrasi dalam sistem pengamat hidrometeorologi global.
Orasi Ilmiah Danny Hilman Natawidjaja
Dalam kesempatan yang sama, peneliti ilmu kebumian, Danny Hilman Natawidjaja akan menyampaikan naskah orasi Profesor Risetnya yang berjudul "Riset Sesar Aktif Indonesia dan Peranannya dalam Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami". Dalam orasinya, ia akan mengungkapkan rangkaian gempa besar yang terjadi di Indonesia sejak 2000 adalah bukti nyata Indonesia adalah wilayah dengan potensi bencana gempa sangat tinggi.
"Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentang sesar aktif dan potensi gempa di seluruh wilayah Indonesia," tuturnya. Ia menjelaskan pemetaan sesar aktif di darat tidak cukup hanya dengan metode konvesional yang mengandalkan analisis lanskap tektonik aktif dari bentang alam, karena wilayah tropis Indonesia jejak sesarnya banyak yang hilang akibat erosi atau tertimbun proses sedimentasi.
Untuk itu, Danny mengembangkan teknit pemetaan sesar aktif dengan bantuan foto udara drone, pemindaian geofisika dangkal bawah, permukaan dengan teknologi georadar dan geolistrik, termasuk uji paritan paleoseismologi disertai uji radiometric dating.
Advertisement
Orasi Ilmiah Effendi
Sementara Effendi akan membawakan naskah orasi Profesor Riset berjudul "Desain Paduan Logam untuk Komponen Turbin Pembangkit Listrik". Orasi ini menjelaskan pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil, turbin merupakan bagian yang paling penting mengubah energi kinetik gas panas atau uap air menjadi energi mekanik yang memutar generator untuk menghasilkan listrik.
Turbin gas dan turbin uap yang beroperasi pada kondisi ekstrim dengan beban mekanik tinggi maupun lingkungan suhu tinggi yang korosif, sehingga kegagalan pada sistem turbin seringkali terjadi terutama pada komponen sudu turbin. Mekanisme kegagalan atau kerusakan sudu turbin adalah deformasi creep, fatigue, korosi panas, dan pemanasan berlebih.
Oleh sebab itu, dalam pengembangan paduan logam untuk sudu turbin gas, Effendi mendesain komposisi kimia dan struktur mikro untuk paduan-super berbasis nikel kristal tunggal generasi baru berdasarkan unsur-unsur paduan suhu tinggi.
"Paduan-super generasi baru ini dicirikan oleh kandungan unsur refraktori yang tinggi untuk meningkatkan kekuatan creep dan kandungan unsur yang menekan presipitasi fasa yang merusak pada suhu tinggi," tutur menjaslakn.
Adapun untuk paduan logam pada suhu turbin uap, Effendi melakukan desain baja tahan karat martensitik dan baja tahan karat austenitik, baik dari sisi komposisi kimia maupun perlakuan panasnya. Desain ini menghasilkan baja tahan karat martensitik dengan komposisi modifikasi yang memiliki kekuatan mekanik, ketahanan abrasi, dan ketahanan korosi sumuran lebih baik dari baja tahan karat martensitik standar 410.
(Dam/Ysl)