Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, Departemen Perdagangan AS telah memerintahkan seluruh perusahaan Amerika Serikat untuk tidak menjual teknologi mereka ke grup pembuat spyware Pegasus, yakni NSO Group.
Mengutip siaran pers Pemerintah AS via The Verge, Kamis (4/11/2021), NSO masuk ke Daftar Entitas karena dianggap tool-nya mampu mengancam "tatanan aturan internasional" bila dijual ke pemerintah asing yang represif.
Baca Juga
Totalitas Barbie Kumalasari Berpenampilan, Rela Operasi Plastik ke-9 Kalinya dengan Biaya Selangit
Profil Simon Aloysius yang Jadi Dirut Pertamina, Orang Dekat Prabowo Pengganti Nicke Widyawati
Top 3 Islami: Golongan yang Dililit Ular Berbisa di Hari Kiamat, Kenapa Umat Islam Perlu Sholat? Ulasan Buya Yahya dan Gus Baha
Informasi, Pegasus adalah program yang dirancang untuk menginfeksi target tanpa diketahui pengguna, memungkinkan polisi dan badan intelijen untuk mendapatkan akses ke pesan teks, foto, dan kata sandi ponsel.
Advertisement
The Washington Post melaporkan pada bulan Juli, spyware Pegasus buatan NSO ini dapat menginfeksi ponsel seseorang dengan satu pesan teks yang tidak terlihat.
Korban tidak perlu mengklik link atau melakukan apa pun agar smartphone mereka terinfeksi spyware Pegasus buatan NSO Group tersebut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
NSO Pembuat Spyware Pegasus Jadi Sorotan
Lebih lanjut, NSO menjadi sorotan setelah dugaan spyware Pegasus buatannya digunakan dalam percobaan dan berhasil meretas smartphone milik sejumlah wartawan, pejabat pemerintah, dan aktivis hak asasi manusia di seluruh dunia.
The Washington Post melaporkan, spyware Pegasus buatan NSO Group yang berbasis di Israel juga digunakan untuk menargetkan ponsel milik dua wanita yang dekat dengan Jamal Khashoggi, seorang kolumnis The Washington Post yang dibunuh di konsulat Saudi di Turki pada 2018, sebelum dan setelah kematiannya.
Sementara The Guardian mewartakan penyalahgunaan yang meluas dan berkelanjutan dari perangkat lunak peretasan NSO, merupakan malware yang menginfeksi smartphone untuk megekstraksi pesan, foto, dan email. Juga merekam panggilan dan diam-diam mengaktifkan mikrofon.
Â
Advertisement
NSO Grup Bantah Tuduhan
Sayangnya, investigasi yang tidak dikonfirmasi secara independen oleh Reuters, tidak mengungkapkan siapa yang mencoba meretas dan alasan peretasan.
Di sisi lain, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (19/7/2021), NSO mengatakan produknya (spyware) hanya dimaksudkan untuk digunakan oleh intelijen pemerintah dan badan penegak hukum untuk memerangi terorisme dan kejahatan.
Perusahaan mengeluarkan pernyataan di situs web-nya yang menyangkal pelaporan 17 mitra media yang dipimpin oleh jurnalisme nonprofit Forbidden Stories yang berbasis di Paris.
(Ysl/Isk)