Grup Pembuat Spyware Pegasus Masuk Daftar Hitam Pemerintah Amerika Serikat

NSO Group, pembuat spyware Pegasus dikabarkan telah masuk ke daftar hitam AS karena dianggap tool-nya mampu mengancam "tatanan aturan internasional" bila dijual ke pemerintah asing yang represif.

oleh Yuslianson diperbarui 04 Nov 2021, 13:30 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2021, 13:30 WIB
Penyedia spyware Pegasus, NSO Group. JACK GUEZ / AFP
Penyedia spyware Pegasus, NSO Group. JACK GUEZ / AFP

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, Departemen Perdagangan AS telah memerintahkan seluruh perusahaan Amerika Serikat untuk tidak menjual teknologi mereka ke grup pembuat spyware Pegasus, yakni NSO Group.

Mengutip siaran pers Pemerintah AS via The Verge, Kamis (4/11/2021), NSO masuk ke Daftar Entitas karena dianggap tool-nya mampu mengancam "tatanan aturan internasional" bila dijual ke pemerintah asing yang represif.

Informasi, Pegasus adalah program yang dirancang untuk menginfeksi target tanpa diketahui pengguna, memungkinkan polisi dan badan intelijen untuk mendapatkan akses ke pesan teks, foto, dan kata sandi ponsel.

The Washington Post melaporkan pada bulan Juli, spyware Pegasus buatan NSO ini dapat menginfeksi ponsel seseorang dengan satu pesan teks yang tidak terlihat.

Korban tidak perlu mengklik link atau melakukan apa pun agar smartphone mereka terinfeksi spyware Pegasus buatan NSO Group tersebut.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

NSO Pembuat Spyware Pegasus Jadi Sorotan

Spyware Pegasus buatan perusahaan Israel, NSO Group. JOEL SAGET/AFP

Lebih lanjut, NSO menjadi sorotan setelah dugaan spyware Pegasus buatannya digunakan dalam percobaan dan berhasil meretas smartphone milik sejumlah wartawan, pejabat pemerintah, dan aktivis hak asasi manusia di seluruh dunia.

The Washington Post melaporkan, spyware Pegasus buatan NSO Group yang berbasis di Israel juga digunakan untuk menargetkan ponsel milik dua wanita yang dekat dengan Jamal Khashoggi, seorang kolumnis The Washington Post yang dibunuh di konsulat Saudi di Turki pada 2018, sebelum dan setelah kematiannya.

Sementara The Guardian mewartakan penyalahgunaan yang meluas dan berkelanjutan dari perangkat lunak peretasan NSO, merupakan malware yang menginfeksi smartphone untuk megekstraksi pesan, foto, dan email. Juga merekam panggilan dan diam-diam mengaktifkan mikrofon.

 

NSO Grup Bantah Tuduhan

(ilustrasi)

Sayangnya, investigasi yang tidak dikonfirmasi secara independen oleh Reuters, tidak mengungkapkan siapa yang mencoba meretas dan alasan peretasan.

Di sisi lain, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (19/7/2021), NSO mengatakan produknya (spyware) hanya dimaksudkan untuk digunakan oleh intelijen pemerintah dan badan penegak hukum untuk memerangi terorisme dan kejahatan.

Perusahaan mengeluarkan pernyataan di situs web-nya yang menyangkal pelaporan 17 mitra media yang dipimpin oleh jurnalisme nonprofit Forbidden Stories yang berbasis di Paris.

(Ysl/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya