Misteri Tentang Ekor Komet Tak Berwarna Hijau Terpecahkan Setelah 90 Tahun

Misteri mengenai ekor komet tidak berwarna hijau akhirnya terpecahkan setelah 90 tahun para ilmuwan menduga-duga.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 25 Des 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 25 Des 2021, 14:00 WIB
Ilustrasi komet
Ilustrasi komet (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Misteri mengenai alasan ekor komet tidak berwarna hijau terpecahkan setelah 90 tahun lamanya.

Mungkin banyak orang melihat, komet bermetamorfosis penuh warna seiring dengan aktivitasnya melintasi langit. Banyak komet berubah warna menjadi hijau yang cahayanya makin terang seiring mendekatnya jarak komet ke Matahari.

Sayangnya makin jauh komet melintas, ekornya tidak berwarna hijau. Selama 90 tahun, para astronom, ilmuwan, dan ahli kimia pun bingung kenapa hal ini bisa terjadi.

Pada 1930, diduga fenomena tentang kenapa ekor komet tidak ikut berwarna hijau ini disebabkan oleh sinar matahari yang menghancurkan karbon diatomik.

Karbon terbentuk dari interaksi antara sinar matahari dan bahan organik di kepala komet. Namun, karena ketidakstabilan dikarbon, teori ini menjadi sulit untuk diuji.

Mengutip Tech Explorist, Sabtu (25/12/2021), para ilmuwan di UNSW Sydney akhirnya menemukan cara untuk menguji reaksi kimia ini di laboratorium. Mereka pun membuktikan misteri yang 90 tahun lamanya tidak terpecahkan. Ternyata, teori tersebut benar adanya.

Para ilmuwan berhasil memecahkan misteri menggunakan bantuan kamar vakum, banyak laser, dan reaksi kosmik yang kuat.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Dikarbon Jadi Kunci Pemecah Misteri

Komet Neowise di atas monumen batu bersejarah Stonehenge di Salisbury, Inggris. (Declan Deval / NASA)
Komet Neowise di atas monumen batu bersejarah Stonehenge di Salisbury, Inggris. (Declan Deval / NASA)

Profesor Kimia di UNSW Science sekaligus penulis senior studi tersebut, Timothy Schmidt mengatakan, "Kami telah membuktikan mekanisme di mana dikarbon dipecah oleh sinar matahari. Hal ini menjelaskan mengapa koma hijau (lapisan kabur gas dan debu yang mengelilingi nukleus) menyusut saat komet makin dekat dengan matahari dan juga kenapa ekor komet tidak berwarna hijau."

Dikarbon adalah kunci utama dalam penyelesaian misteri ini. Molekul reaktif ini bertanggung jawab untuk memberi warna hijau pada banyak komet. Namun, molekul tersebut tidak ada ketika komet mendekati Matahari.

Saat matahari mulai memanaskan komet, bahan organik pada inti es menguap dan bergerak ke koma. Para ilmuwan memperlihatkan, ketika komet makin dekat dengan matahari, radiasi sinar ultraviolet yang ekstrim memecah molekul dikarbon --yang baru-baru ini diketahui melalui proses 'photodissociation'.

Kemungkinan Bisa Membantu Menjelaskan Misteri Lainnya

Komet Neowise di atas Gunung Washington dekat Springfield, Ore. (Chris Pietsch/The Register-Guard, via Associated Press)
Komet Neowise di atas Gunung Washington dekat Springfield, Ore. (Chris Pietsch/The Register-Guard, via Associated Press)

Proses ini menghancurkan dikarbon sebelum bergerak jauh dari nukleus, hal ini menyebabkan koma hijau menjadi lebih terang dan menyusut, hingga semburat warna hijau tidak pernah sampai ke ekor komet.

Penulis utama dari studi Jasmin Borsovszky mengatakan dirinya sangat kagum dengan teori yang sudah dikemukan pada 1930 dan baru pada 90 tahun kemudian para ilmuwan mengetahui kebenaran teori tersebut.

"Temuan ini membantu kami lebih memahami dikarbon dan komet. Dikarbon berasal dari pemecahan molekul organik yang lebih besar yang membeku menjadi inti komet, jenis molekul yang merupakan bahan kehidupan," kata Timothy Schmidt.

Ia melanjutkan, "Dengan memahami masa hidup dan kehancurannya, kita dapat lebih memahami berapa banyak bahan organik yang menguap dari komet. Penemuan seperti ini mungkin suatu hari bisa membantu kita memecahkan mister luar angkasa lainnya."

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya