Liputan6.com, Jakarta - Pemilik baru Twitter, Elon Musk, dikabarkan akan memberikan "amnesti" untuk sejumlah akun diblokir. Ini berarti mereka akan diaktifkan kembali asalkan tidak melanggar hukum.
Hal itu setelah Musk membuat sebuah polling tidak resmi di akun Twitter resminya, dengan hasil banyak warganet menjawab "Ya."
Baca Juga
"Haruskah Twitter menawarkan amnesti umum untuk akun ditangguhkan, asalkan mereka tidak melanggar hukum atau terlibat dalam spam yang parah?" tanya Elon Musk ke warganet.
Advertisement
Hingga artikel ini ditulis, Jumat (25/11/2022), sebanyak lebih dari 3,1 juta votes sudah didapatkan, dengan 72,4 persen menjawab "Yes" dan 27,6 persen menjawab "No."
Merespon hasil polling itu, Musk pun mengunggah cuitan yang mengungkapkan "amnesti" untuk akun Twitter ditangguhkan tersebut akan dimulai pada pekan depan.
"The people have spoken. Amnesty begins next week. Vox Populi, Vox Dei. (Warga sudah bersuara. Amnesti mulai pekan depan. Vox Populi, Vox Dei)," kata CEO Tesla itu.
Meskipun begitu, tidak diketahui bagaimana nantinya akun-akun Twitter sudah diblokir akan dikembalikan oleh Musk.
Elon Musk juga tidak menyebutkan secara rinci seperti apa kategori akun Twitter dianggap "melanggar hukum atau terlibat dalam spam yang parah", di mana mereka tampaknya tidak akan diaktifkan kembali.
Sebelumnya, di bawah Elon Musk, Twitter juga mengembalikan akun dari sejumlah figur publik kontroversial yang pernah diblokir oleh platform media sosial tersebut.
Kembalikan Akun Kanye West
Sebut saja Kanye West alias Ye, yang akhirnya kembali aktif di Twitter setelah akunnya sempat diblokir karena cuitan bernada rasisme. Dia pun memposting cuitan pertamanya setelah diblokir dengan menulis, "Testing Testing Seeing if my Twitter unblocked."
Cuitan milik Kanye ini juga langsung dikomentari oleh Elon Musk, sang pemiliki platform media sosial tersebut. Dia mencuitkan, "Don’t kill what ye hateSave what ye love."
Informasi, Twitter mengunci akun milik Ye ini secara paksa karena diduga telah melanggar kebijakan Twitter, dikutip dari CBS News, Selasa (22/11/2022).
Walau perusahaan dengan logo burung biru itu tidak merinci kebijakan mana yang dilanggar, Kanye memang pernah memposting sebuah cuitan anti-Semit.
Pada 9 Oktober 2022, mantan suami Kim Kardashian ini sempat memposting tulisan, "death [sic] con 3" on Jewish people."
Â
The people have spoken.
— Elon Musk (@elonmusk) November 24, 2022
Amnesty begins next week.
Vox Populi, Vox Dei.
Advertisement
Akun Trump Dipulihkan
Dalam cuitan yang kini sudah dihapus tersebut, Ye juga menyertakan tulisan, "Lucunya saya sebenarnya tidak bisa Anti Semit karena orang kulit hitam sebenarnya juga Yahudi."
Kembali aktifnya akun Twitter Kanye West ini terjadi 24 jam setelah Elon Musk mengaktifkan akun yang diblokir, seperti milik mantan Presiden AS Donald Trump.
Sebelum mengembalikan akun Kanye West, Elon Musk juga sempat mengadakan polling tentang apakah perlu akun Twitter Presiden Trump kembali diaktifkan atau tidak.
"Orang-orang telah berbicara. Trump akan dipulihkan. Vox Populi, Vox Dei," cuit Bos Tesla dan SpaceX tersebut.
Diketahui, akun Twitter Donald Trump dinonaktifkan sejak 8 Januari 2021, setelah terjadinya serangan di Gedung Capitol.
Kebebasan Berbicara di Twitter
Musk juga sempat menyatakan posisi Twitter sebagai sebuah platform. Dalam cuitannya, ia menyatakan kebijakan baru Twitter akan kebebasan berbicara (freedom of speech).
"Kebijakan baru Twitter adalah freedom of speech, tapi bukan freedom of reach," tulis Elon seperti dikutip dari akun Twitter miliknya, Sabtu (19/11/2022).
Dengan adanya kebijakan baru ini, ada kemungkinkan pengguna Twitter diberi kebebasan untuk mencuitkan apa pun yang dia inginkan.
Kendati demikian, tweet bernada negatif dan kebencian tidak akan dimonetisasi maupun dipromosikan. Jadi, tidak ada iklan atau pemasukan lain yang akan didapatkan Twitter dari unggahan semacam itu.
"Kamu tidak akan menemukan tweet tersebut, kecuali kamu mencarinya secara spesifik, yang berarti tidak jauh berbeda dari (platform) internet pada umumnya," tulis Elon Musk melanjutkan.
Ia menyebut kebijakan ini hanya berlaku untuk masing-masing tweet, bukan keseluruhan akun. Karenanya, besar kemungkinan nantinya pembatasan hanya dilakukan pada tweet yang diunggah, bukan menyasar akun yang membuatnya.
(Dio/Ysl)
Advertisement