Elon Musk PHK Karyawan Twitter Lagi, Divisi Infrastruktur Kena Imbas

Elon Musk dikabarkan telah memberhentikan (PHK) lebih banyak tenaga kerja Twitter.

oleh Iskandar diperbarui 18 Des 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2022, 14:00 WIB
Twitter Berhentikan 50 Persen Karyawan
Pejalan kaki melintas di depan Kantor Pusat Twitter di San Francisco, California pada 4 November 2022. Setengah dari 7.500 karyawan Twitter diberhentikan pada 4 November, sebuah dokumen internal menunjukkan, ketika pemilik baru Elon Musk memulai perombakan besar-besaran dari perusahaan yang bermasalah. (AFP/Samantha Laurey)

Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk dikabarkan telah memberhentikan (PHK) lebih banyak tenaga kerja Twitter. Menurut The Information, perusahaan memangkas sebagian divisi infrastrukturnya pada Jumat malam (16/12/2022) waktu Amerika Serikat.

Jumlah karyawan yang terdampak belum jelas, tetapi beberapa engineer melalui Twitter mengaku mereka diberitahu melalui email bahwa kontribusinya sudah tak lagi diperlukan. Demikian sebagaimana dikutip dari Engadget, Minggu (18/12/2022).

PHK terbaru terjadi setelah The New York Times melaporkan bahwa Elon Musk telah memberhentikan Nelson Abramson, kepala infrastruktur Twitter, di antara segelintir karyawan berpangkat tinggi lainnya di perusahaan tersebut.

Menurut The Information, Musk menunjuk insinyur Tesla Sheen Austin untuk menjalankan tim infrastruktur situs web media sosial setelah kepergian Abramson.

Twitter belum menanggapi mengenai isu PHK karyawan ini. Untuk diketahui, perusahaan belum memiliki tim komunikasi sejak mengurangi tenaga kerjanya.

Menurut perkiraan The Information, jumlah karyawan Twitter telah menyusut sekitar 75 persen sejak Elon Musk mengambil alih perusahaan pada akhir Oktober.

Situs web media sosial ini mempekerjakan sekitar 7.500 orang di bawah mantan CEO Parag Agrawal. Seminggu lalu, Slack atau alat komunikasi internal Twitter mendaftarkan sekitar 2.000 karyawan.

Pada November, Musk dilaporkan telah memberi tahu kepada karyawan bahwa Twitter tidak akan memberhentikan tenaga kerja lagi. Janji itu muncul setelah ultimatum "sangat keras" dari Elon Musk menyebabkan setidaknya 1.200 karyawan mengundurkan diri.

 

Twitter dan Meta PHK Massal, TikTok Justru Buka Lowongan Besar-Besaran

TikTok
TikTok. Dok: money.com

Platform media sosial TikTok menjadi sorotan karena berencana untuk terus merekrut karyawan baru. Hal ini bertolak belakang dengan sejumlah perusahaan teknologi di Sillicon Valley lainnya yang justru memberhentikan pembukaan lowongan dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Dilansir dari CNN Business, Selasa (22/11/2022) seorang sumber menyebutkan bahwa aplikasi video berdurasi pendek TikTok berkomitmen pada target mempekerjakan hampir 1.000 insinyur di kantornya di Mountain View, California, Amerika Serikat.

Target perekrutan khusus ini terkait dengan tujuan perusahaan untuk memastikan data penggunanya di Amerika Serikkat diawasi oleh tim yang berbasis di negara itu di tengah pengawasan di Washington karena hubungan perusahaan induknya ByteDance dengan China.

Berita tentang rencana perekrutan TikTok pertama kali dilaporkan oleh outlet media The Information.

CEO TikTok Shou Zi Chew mengkonfirmasi bahwa pihaknya masih membuka perekrutan

Dalam sebuah pidato pekan lalu pada Bloomberg New Economic Forum di Singapura, CEO TikTok Shou Zi Chew mengkonfirmasi bahwa pihaknya masih membuka perekrutan. Hal itu disampaikan menyusul isu PHK di perusahaan teknologi lain, termasuk Meta dan Amazon.

“Kami selalu lebih berhati-hati dalam hal perekrutan," ungkap Chew pada konferensi tersebut.

"Pada tahap pertumbuhan kami ini, saya pikir langkah kami, irama kami, perekrutan tepat untuk kami," tuturnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, Meta mengatakan telah memangkas hingga 11.000 pekerjanya di seluruh perusahaan, dan Twitter memotong sekitar setengah stafnya di bawah pemilik baru Elon Musk.

Adapun Amazon yang juga mengkonfirmasi telah memulai PHK secara luas.

Seperti diketahui, perusahaan-perusahaan teknologi menghadapi pukulan keras dalam permintaan dan memotong ribuan posisi karena penurunan ekonomi dan kekhawatiran resesi yang meningkat.

TikTok Buka Lowongan Secara Global

Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok.
Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok. Kredit: antonbe via Pixabay

Situs web portal karir TikTok saat ini mencantumkan lebih dari 4.000 lowongan secara global, meskipun tidak diketahui secara jelas seberapa sering situs perekrutan itu diperbarui.

Pada bulan Oktober 2022, ketika beberapa laporan awal tentang pembekuan perekrutan dan pemotongan biaya mulai muncul dari kantor-kantor di Silicon Valley, TikTok menjadi berita utama karena mencantumkan sejumlah lowongan e-commerce baru yang tampaknya mengindikasikan bahwa mereka ingin menciptakan logistik dan jaringan pergudangan di Amerika Serikat.

Analisis Rhenald Kasali Soal PHK Massal di Startup

Di tahun ini beberapa perusahaan rintisan atau startup melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Sebagian besar narasi menyebutkan bahwa situasi global terutama ancaman resesi menjadi salah satu alasan aksi PHK tersebut.

Terbaru adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk dan mengumumkan melakukan PHK kepada 1.300 karyawan di Asia. Dikatakan jika tantangan makro ekonomi global berdampak signifikan bagi para pelaku usaha di seluruh dunia. 

Akademisi dan Pakar Bisnis Profesor Rhenald Kasali berpendapat bahwa langkah PHK massal yang dijalankan beberapa startup tersebut tidak ada hubungannya dengan resesi global.

Jika memang keadaan global menjadi alasan startup melakukan PHK, ia meminta perusahaan rintisan membeberkan secara jelas laporan keuangan. Rhenald Kasali menduga, salah satu aksi PHK ini justru karena para perusahaan ini masih saja melakukan aksi bakar uang.

"Buka laporan keuangan Anda, jelaskan sebaik-baiknya, atau jangan-jangan Anda bakar duitnya memang berlebihan. Sekarang situasinya online to offline, tidak hanya cukup hanya online semua," terangnya dalam konten video di akun Youtubenya dikutip, Senin (21/11/2022).

Rhenald Kasali mengaku ragu karena memang pada kenyataannya selama masa pandemi, layanan antar makanan dan barang yang diberikan GoTo sangat dibutuhkan.

Dia juga menduga apa yang terjadi dengan startup bahkan yang sudah raksasa seperti GoTo bukan karena situasi ekonomi global tapi karena bakar duit yang terlalu berlebihan.

"Yang pertama mungkin bakar duitanya secara berlebihan. kalau bakar duit secara berlebihan ini yang terjadi, kompetisi di antara mereka," ucapnya.

"Resesi itu tidak selalu berdampak pada semua bangsa di seluruh dunia. Jangan mencari kambing hitam, barangkali kita sendiri yang miss management," tambah Rhenald Kasali.

Infografis Cek Fakta: 6 Tips Cara Identifikasi Hoaks dan Disinformasi di Medsos

Infografis Cek Fakta
Infografis Cek Fakta: 6 Tips Cara Identifikasi Hoaks dan Disinformasi di Medsos
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya