Liputan6.com, Jakarta - Microsoft dikabarkan akan memperluas aksi akusisinya ke studio game lain. Terbaru, perusahaan asal Amerika Serikat itu diketahui memiliki rencana untuk mengakusisi perusahaan pengembang Final Fantasy, Square Enix.
Mengutip informasi dari The Verge, Minggu (2/7/2023), rencana itu diketahui dokumen internal yang diungkap saat hearing Microsoft dengan FTC. Menurut dokumen itu, ada beberapa alasan Microsoft memiliki keinginan untuk mengakuisisi Square Enix.
Baca Juga
Salah satunya adalah Microsoft ingin memperkuat kehadiran Xbox di pasar Asia. Selain itu, perusahaan tentu ingin menambahkan lebih banyak konten di Xbox Game Pass.
Advertisement
Seperti diketahui, Square Enix dengan deretan game-nya, termasuk Final Fantasy tentu bisa menarik lebih banyak pemain. Terlebih, game besutan perusahaan asal Jepang itu diketahui sudah memiliki banyak penggemar yang loyal.
Alasan lain adalah Microsoft ingin memperkuat kehadirannya di pasar game mobile, termasuk kemungkinan untuk mendukung layanan Game Pass yang eksklusif di perangkat mobile.
Seperti diketahui, layanan Game Pass saat ini baru tersedia di Xbox dan PC, tapi ada kemungkinan Microsoft memiliki rencana untuk memperluasnya ke perangkat mobile juga.
"Menggabungkan portofolio mobile-native dari Square Enix dengan milik kami sendiri (Microsoft) dapat berpotensi membantu kami membuat produk Xbox Game Pass yang mobile-native," tulis dokumen tersebut.
Selain Square Enix, Microsoft terungkap memiliki rencana untuk mengakuisisi nama besar di industri game lainnya, seperti Sega dan Bungi.
Kendati demikian, tidak diketahui apakah rencana ini masih akan berlanjut, karena Microsoft saat ini masih berupaya menyelesaikan proses akusisi Activision Blizzard.
Perusahaan Game Square Enix Umumkan Bakal Ganti Presiden
Di sisi lain, Square Enix mengumumkan akan mengganti Presiden saat ini, Yosuke Matsuda, sambil menunggu persetujuan rapat pemegang saham tahunan pada bulan Juni mendatang.
Ke depannya, Matsuda akan digantikan oleh Takashi Kiryu sebagai Presiden Square Enix. Kiryu saat ini menjabat sebagai direktur di perusahaan Jepang itu.
Dalam pernyataannya, perusahaan mengatakan keputusan ini dibuat "untuk membentuk kembali tim manajemen dengan tujuan mengadopsi inovasi teknologi yang terus berkembang dan memaksimalkan kreativitas grup perusahaan."
Dilansir IGN, dikutip Selasa (7/3/2023), Matsuda sudah menjabat sebagai Presiden Square Enix sejak 2013.
Selama 10 tahun menjabat, dia sudah mengawasi penjualan studio pengembang game baratnya Crystal Dynamics, Square Enix Montreal, dan Eidos Montreal, dengan nilai USD 300 juta, ke Embracer Group.
Keputusan lainnya yang dinilai cukup kontroversial adalah Matsuda mengadvokasi integrasi teknologi blockchain, ke dalam pembuatan game.
"Hingga saat ini, di sebagian besar game, kami menyediakan konten sebagai produk jadi dan para pemain memainkan konten tersebut," kata Matsuda tahun lalu.
"Namun, ada beberapa pemain di dunia yang ingin berkontribusi untuk membuat game menjadi lebih menarik, dengan membuat pengaturan dan cara bermain yang baru," ujarnya.
Matsuda juga mengklaim, di masa depan, perusahaan ingin memanfaatkan kekuatan pemain-pemain itu, untuk membuat game yang akan terus berkembang.
Advertisement
Final Fantasy XVI Jadi Game Terakhir Matsuda di Square Enix
Menurut Matsuda, jika mereka bisa memberikan insentif pada pemain yang berkontribusi di pengembangan dengan memanfaatkan blockchain, mungkin saja konten inovatif dan menarik dapat dibuat dari ide-ide pengguna.
Melalui surat Tahun Baru 2023-nya, Matsuda bahkan menyebut "blockchain" hingga 14 kali, dan mengutipnya sebagai "domain bisnis baru" yang Square Enix "paling fokus" untuk dikejar.
Sementara itu, dikutip dari Gamesindustry.biz, pengganti Matsuda, Takashi Kiryu, bergabung dengan Square Enix pada Juni 2020, sebagai General Manager untuk divisi perencanaan perusahaan di Square Enix Holdings.
Kiryu juga telah memegang sejumlah peran, dan saat ini menjabat sebagai direktur dari perusahaan induk. Jika disetujui, Matsuda akan menghabiskan bulan-bulan terakhirnya sebagai Presiden Square Enix, untuk memimpin perilisan Final Fantasy XVI.
Jepang Kini Punya Hari Final Fantasy VII
Terlepas dari laporan tersebut, Final Fantasy VII akhirnya memiliki hari spesial yang bisa diakui dan bisa dirayakan setiap tahun, setidaknya di Jepang. Sebab, tim pengembang mengumumkan telah berhasil mendaftarkan peluncuran perdana Final Fantasy VII ke Asosiasi Hari Jadi Jepang.
Dengan demikian, seperti dikutip dari Gamerant, Kamis (2/2/2023), 31 Januari yang mana merupakan hari peluncuran game tersebut kini diakui sebagai hari Final Fantasy VII. Informasi ini juga diumumkan melalui akun Twitter Final Fantasy VII.
"Dengan senang hati, kami mengumumkan Hari Final Fantasy VII telah resmi didaftarkan di Jepang untuk memperingati ulang tahun peluncuran game aslinya," tulis akun Twitter resmi Final Fantasy VII.
Dalam unggahan tersebut, produser dari Final Fantasy VII Remake Yoshinore Kitase juga memberikan pesan bagi para fans.
Ia menulis, 31 Januari 1997 ketika Final Fantasy VII keluar tidak hanya hari yang signifikan bagi seri Final Fantasy, tapi juga menandai banyak hal besar lain bagi mereka yang bekerja dalam game tersebut.
Ia juga mengingat begitu kewalahan ketika menghadapi perkembangan teknologi video game begitu cepat. Namun di saat sama, ia juga bermimpi untuk hal-hal besar bagi masa depan.
"Dengan penetapan hari peringatan resmi ini, saya mulai sekarang akan selalu mengingatnya, dan menyimpannya dalam-dalam di hati," tulis Yoshinori.
Terlepas dari penetapan hari peringatan ini, bagian kedua dari Final Fantasy 7 versi remake sendiri dijadwalkan akan rilis pada akhir 2023. Karenanya, bagi para fans game ini masih ada waktu untuk menunggu sebelum game berjudul Final Fantasy 7 Rebirth ini rilis.
(Dam/Ysl)
Advertisement