Liputan6.com, Jakarta - Penurunan saham Apple sebesar 23% dalam empat sesi perdagangan di bursa saham Amerika Serikat (AS) telah kembali membuat Microsoft menjadi perusahaan publik paling berharga di dunia.
Dikutip dari CNBC, Rabu (9/4/2025), pada penutupan perdagangan saham hari Selasa di AS, Microsoft bernilai USD 2,64 triliun, sementara kapitalisasi pasar Apple berada di angka USD 2,59 triliun.
Baca Juga
Indeks Nasdaq turun 13% selama empat hari perdagangan terakhir, karena keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif pada impor dari lebih dari 100 negara telah memicu kekhawatiran akan resesi yang disebabkan oleh kenaikan harga.
Advertisement
Analis UBS pada hari Senin memperkirakan bahwa harga iPhone 16 Pro Max dapat melonjak hingga USD 350 di AS.
Baik Apple maupun Microsoft, bersama dengan pembuat chip Nvidia, sebelumnya bernilai lebih dari USD 3 triliun sebelum aksi jual baru-baru ini.
Pada Januari kemarin, Microsoft mengeluarkan proyeksi pendapatan yang mengecewakan. Namun demikian, minggu lalu, ketika analis Jefferies mengurangi target harga mereka pada banyak saham perangkat lunak, mereka menulis Microsoft termasuk di antara perusahaan yang dianggap anggap lebih terisolasi dari ketidakpastian tarif.
Microsoft juga memiliki kapitalisasi pasar tertinggi dari semua perusahaan publik pada awal 2024, tetapi Apple segera merebut kembali gelar tersebut.
Kerugian Apple Membengkak, Kapitalisasi Pasar Hilang Rp 10.662 Triliun
Meskipun pasar saham Amerika Serikat (AS) secara umum bernasib lebih baik pada perdagangan hari Senin dibandingkan dua hari perdagangan sebelumnya, saham Apple masih tetap mengalammi pukulan keras.
Saham produsen iPhone ini anjlok 3,7%, karena kekhawatiran yang meningkat bahwa perusahaan akan menerima pukulan besar dari tarif Presiden Donald Trump.
Aksi jual saham ini membuat kerugian Apple selama tiga hari menjadi 19%, penurunan yang telah menghapus kapitalisasi pasar sebesar USD 638 miliar atau kurang lebih Rp 10.662 triliun (estimasi kurs Rp 16.710 per USD).
Analis melihat, Apple adalah salah satu perusahaan yang paling rentan terhadap perang dagang karena sebagian besar ketergantungannya pada China, yang menghadapi tarif sebesar 54%.
Meskipun Apple memiliki produksi di India, Vietnam, dan Thailand, negara-negara tersebut juga menghadapi peningkatan tarif sebagai bagian dari rencana besar Trump.
Di antara perusahaan-perusahaan teknologi berkapitalisasi besar, Apple mengalami masa yang paling sulit.
Nasdaq ditutup hampir tidak naik pada perdagangan hari Senin setelah anjlok 10% minggu lalu, kinerja terburuknya dalam lebih dari lima tahun.
Â
Advertisement
Naikkan Harga
Analis mengatakan Apple kemungkinan perlu menaikkan harga atau menanggung biaya tarif tambahan saat bea masuk baru mulai berlaku.
Analis UBS memperkirakan pada hari Senin bahwa harga iPhone kelas atas Apple dapat naik sekitar USD 350, atau sekitar 30%, dari harga saat ini sebesar USD 1.199.
Analis Barclays Tim Long menulis bahwa ia memperkirakan Apple akan menaikkan harga, atau perusahaan dapat mengalami pemotongan laba per saham hingga 15%. Apple mungkin juga dapat mengatur ulang rantai pasokannya sehingga impor ke AS berasal dari negara lain dengan tarif yang lebih rendah.
Apple menolak berkomentar tentang tarif tersebut.Â
