Â
Liputan6.com, Jakarta - Pakar keamanan siber Pratama Persadha menanggapi soal isu dugaan peretasan terhadap server dan situs milik Kementerian Pertahanan.
Baca Juga
Menurut Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC ini, kemungkinan besar peretasan situs Kementerian Pertahanan kemhan.go.id merupakan serangan malware Stealer.
Advertisement
Dalam berbagai kasus, malware ini biasanya mencuri informasi yang dapat menghasilkan uang bagi para penyerang.
Bentuk standar dari pencurian informasi yaitu mengumpulkan informasi login, seperti nama pengguna dan kata sandi, yang dikirimkan ke sistem lain melalui email atau melalui jaringan.
Setelah berhasil mengambil data yang bersifat sensitif dari perangkat target, Stealer akan mengirimkan informasi tersebut kepada aktor ancaman (threat actor).
Dengan begitu, aktor ancaman bisa memanfaatkannya untuk memeras korban, meminta tebusan, atau menjual data tersebut di pasar gelap dan Forum Dark Web sebagai barang dagangan yang telah dicuri.
Apalagi, kata Pratama, saat ini serangan siber memakai malware menjadi salah satu serangan yang difavoritkan peretas.
Hal ini karena untuk melakukan serangan secara langsung ke dalam sistem yang dituju dari luar akan sangat sulit karena penggunaan berbagai perangkat keamanan yang dapat mencegah serangan siber.
Dengan begitu, peretas hanya bisa memanfaatkan SDM sebagai sebuah titik lemah dari keamanan siber dan malware jadi cara yang tepat untuk bisa mengakses titik lemah tersebut.
Diperparah dengan Maraknya Malware as a Service
Apalagi menurut Pratama, hal ini diperparah dengan adanya layanan yang dikenal sebagai Malware as a Service (MaaS).
MaaS adalah model bisnis di mana pelaku kejahatan siber menyediakan berbagai jenis malware kepada pengguna layanan atau pelanggan yang membayar.
Pelanggan MaaS biasanya tidak perlu memiliki pengetahuan teknis atau keterampilan dalam pembuatan malware, tetapi mereka dapat menyewa atau membeli malware siap pakai untuk meluncurkan serangan atau aktivitas jahat lainnya.
Advertisement
Belum bisa diketahui pasti titik serangan
Pratama menjelaskan, untuk saat ini belum dapat diketahui secara pasti titik serangan yang dimanfaatkan oleh peretas untuk mendapatkan akses ke dashboard panel dari situs kemhan.go.id.
Namun Pratama menilai, tim Pusdatin Kemhan bergerak cukup cepat karena pada pagi hari ini situs kemhan sudah tidak dapat diakses yang kemungkinan sedang dilakukan investigasi serta pemeliharan sistem.
Pratama mengatakan, yang perlu dilakukan oleh Pusdatin Kemhan salah satunya adalah memaksa user untuk mengubah password dari akun-akun yang ada.
Misalnya akun yang ada di situs kemhan.go.id maupun akun pribadi seperti email, media sosial, dan lainnya. Perubahan password dilakukan demi menghindari password akun yang pernah bocor dimanfaatkan untuk mengakses ke sistem yang dimiliki oleh Kementerian Pertahanan.
1,64 TB Data Terancam Bocor
Two2 mengklaim telah berhasil mendapatkan akses dari dashboard panel situs Kemhan tersebut. Bahkan menurut Pratama, dalam salah satu unggahan di BreachForums yang biasa dipakai menjual hasil peretasan, Two2 membagikan beberapa screenshot dashboard situs kemhan.go.id.
Di mana, salah satu sisi screenshot yang dibagikan adalah penyimpanan yang sudah dipergunakan oleh situs Kemhan, sebesar 1,64 TB dari penyimpanan total 2 TB.
Pratama menyebut, peretasan kali ini berbeda dengan peretasan lain yang pernah terjadi sebelumnya. Menurut Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, kali ini peretas hanya menjual akun yang bisa mengakses dashboard situs kemhan.go.id.
Sejauh ini, menurut pria asal Cepu, Jawa Tengah ini, akun Two2 tidak membagikan sampel data. Ia hanya membagikan tangkapan layar dari dashboard situs dan screenshot salah satu dokumen surat menyurat di situs kemhan.go.id.
"Meskipun contoh dokumen yang dibagikan tersebut bukanlah sebuah dokumen yang termasuk kategori rahasia, namun bisa saja terjadi kelalaian dari pengguna website atau karyawan menyimpan dokumen rahasia di website kemhan.go.id tersebut yang dapat membahayakan keamanan serta kedaulatan negara," kata Pratama, dalam pernyataan yang diterima Tekno Liputan6.com.
Pratama menyebut, akun-akun yang didapatkan juga memiliki kemungkinan dipergunakan untuk mengakses sistem lain di Kementerian Pertahanan yang menyimpan data penting serta dokumen rahasia negara.
Advertisement