Liputan6.com, Jakarta - Grup band glam rock, Kiss, baru saja merampungkan tur dan pertunjukan terakhirnya di Madison Square Garden, New York City, pada Jumat malam waktu setempat.
Meski begitu, melanjutkan kesuksesan mereka di dunia fisik, Kiss tampaknya bakal hadir dalam bentuk avatar virtual.
Baca Juga
Hal itu mereka tunjukkan di akhir penampilan, setelah mereka menghilang dalam balutan api dan asap, usai memainkan lagu terakhirnya yang berjudul Rock and Roll All Nite.
Advertisement
Mengutip The Verge, Selasa (5/12/2023), setelah lampu dan layar panggung padam, empat sosok avatar digital dari Kiss: Paul Stanley, Gene Simmons, Eric Singer, dan Tommy Thayer, muncul di layar.
"Kiss army, cintamu - kekuatanmu - telah membuat kami abadi. Era baru Kiss dimulai sekarang. Oh yeah!" ujar Paul Stanley, vokalis dan lead guitarist dari band tersebut.
Avatar dari band rock itu kemudian membawakan sebuah lagu, dan kemudian pertunjukkan di layar berakhir dengan gambar empat avatar tersebut di bawah logo Kiss, dan kalimat: "A NEW ERA BEGINS."
Mengutip AP News, avatar keempat personel grup band ini digarap perusahaan efek visual besutan George Lucas, Industrial Light & Magic, bekerja sama dengan Pophouse Entertainment Group, yang didirikan bersama oleh Björn Ulvaeus dari ABBA.
Kedua perusahaan baru-baru ini bekerja sama untuk acara "ABBA Voyage" di London, di mana para penggemar dapat menghadiri konser band Swedia tersebut, namun dibawakan oleh avatar digital mereka.
Menurut Per Sundin, CEO Pophouse Entertainment, teknologi semacam ini memungkinkan grup band rock legendaris tersebut untuk melanjutkan warisan mereka agar tetap "abadi."
Bisa Konser di Tiga Tempat Berbeda di Malam yang Sama
Dia juga mengatakan, band ini tidak tampil di panggung selama pertunjukan virtual, karena "itulah kunci" dari teknologi yang berorientasi di masa depan.
"Kiss bisa mengadakan konser di tiga kota pada malam yang sama di tiga benua berbeda. Itulah yang dapat Anda lakukan dengan ini," kata Sundin. Bahkan, Kiss diklaim sebagai band Amerika Serikat pertama yang akan dibawa dalam bentuk virtual dengan avatar digital.
Untuk membuat avatar digital mereka, yang digambarkan sebagai semacam versi superhero dari band, Kiss tampil dengan pakaian motion capture.
"Apa yang kami capai sungguh luar biasa, tapi itu belum cukup. Band ini layak untuk terus hidup karena band ini lebih besar dari kami," Paul Stanley dalam sebuah wawancara. "Sangat menyenangkan bagi kami untuk melangkah ke langkah berikutnya dan melihat Kiss diabadikan."
Sementara menurut sang bassis, Gene Simmons, mereka akan bisa selamanya muda dan menjadi ikon, dengan membawanya ke tempat-tempat yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. "Teknologi ini akan membuat Paul melompat lebih tinggi dari yang pernah dia lakukan sebelumnya."
Meski begitu, belum ada pengumuman atau jadwal lebih lanjut mengenai konser dari versi digital Kiss ini.
Advertisement
The Beatles Rilis Lagu Terakhir Pakai Bantuan AI
Tak cuma Kiss, band legendaris lainnya, The Beatles, juga baru-baru ini memanfaatkan teknologi kekinian, untuk menyelesaikan karya mereka yang belum selesai puluhan tahun lalu, meski kini hanya dua personel yang masih hidup.
Bantuan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), memungkinkan The Beatles merampungkan "lagu terakhir" mereka berjudul Now and Then yang rilis 1 November 2023.
Hingga artikel ini ditulis, lagu The Beatles ini sudah didengarkan sebanyak 3,7 juta views di YouTube untuk official audio-nya, sedangkan musik videonya baru akan dirilis pada 3 November 2023 waktu setempat.
Di lagu tersebut, teknologi dipakai untuk "menghidupkan" kembali John Lennon, sekaligus menyelesaikan lagu The Beatles yang sebenarnya sudah ada sejak lama itu.
Pemanfaatan AI ini juga diungkap oleh Paul McCartney dalam sebuah wawancara dengan BBC Radio 4 Today. McCartney menceritakan, saat itu, sutradara Peter Jackson sedang menggarap dokumenter The Beatles: Get Back, tentang pembuatan album Let it Be.
Mengutip The Verge, Jumat (3/11/2023), Jackson saat itu memisahkan suara John dari kaset kecil yang berisi suaranya dan piano, dengan menggunakan kecerdasan buatan.
"Mereka memberi tahu mesin itu, 'Itu suaranya. Ini adalah gitar. Lepaskan gitarnya.' Dan dia melakukan itu, jadi manfaatnya sangat besar," kata McCartney.
Gunakan AI dan Machine Learning
Demo "Now and Then" sendiri digarap The Beatles pertama kalinya pada pertengahan tahun 90-an, ketika Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr mengerjakan beberapa lagu untuk album Anthology.
Tiga personel The Beatles itu pun berhasil merampungkan "Free as a Bird" dan "Real Love," dengan menambahkan aransemen berdasarkan demo John Lennon. Namun, lagu Now and Then gagal rampung, sebagian besar karena masalah teknis yang membuat rekaman aslinya sulit digarap.
Para personel The Beatles pun membiarkan lagu itu tersimpan selama puluhan tahun. Meninggalnya Harrison tahun 2001 membuat dua anggota tersisa semakin ragu apakah "Now and Then" dapat dirilis atau tidak.
Saat Peter Jackson menggarap Get Back, timnya mengembangkan teknologi yang memungkinkan mereka mengambil hampir semua karya musik termasuk demo lawas, lalu memisahkan semua komponen berbeda dalam trek terpisah, berdasarkan machine learning.
Mengutip The Guardian, Jackson memakai software dengan bantuan AI, untuk melakukan de-mix audio asli dari rekaman The Beatles tahun 1970, milik Michael Lindsay-Hogg yang merekam album terakhir mereka, Let it Be.
Dengan perangkat lunak itu, mereka mengisolasi instrumen, vokal, dan percakapan, lalu membuat audio dan gambarnya ke dalam dokumenter tersebut.
Advertisement