Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan nasib dari jaringan 2G, setelah dimatikannya 3G dan digunakannya 4G serta 5G.
Menurut Ismail, Direktorat Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika, Kominfo, dalam konferensi pers di kantor Kominfo, Jakarta, Jumat (13/1/2024), pemerintah menganut teknologi netral.
Baca Juga
"Jadi menghapus dan tidak menghapus itu bukan di pemerintah, tapi di operator sendiri," kata Ismail.
Advertisement
Ismail menyebut, saat mengimbau operator telekomunikasi mematikan 3G, mereka menilai bahwa jaringan generasi sebagai "teknologi yang tanggung."
"2G ada manfaatnya untuk voice, untuk telpon biasa. 4G untuk internet. Kalau 3G internetnya tidak bagus, voice-nya tidak bagus, jadi tanggung. Jadi mending 2G dan 4G," kata Ismail.
Sejumlah operator telekomunikasi raksasa sebelumnya juga telah mematikan jaringan 3G di Indonesia.
Di bulan Juni 2023, Telkomsel mengumumkan bahwa mereka sudah menyelesaikan proses upgrade 3G ke 4G di 504 kota/kabupaten di Indonesia. Proses ini dimulai Telkomsel sejak Maret 2022 lalu dan bertahap selesai pada Juni 2023.
Adapun seluruh teknologi jaringan 3G di lebih dari 49.000 BTS Telkomsel kini diperbarui menjadi berjaringan 4G. Dengan selesainya upgrade jaringan 3G ke 4G ini, layanan internet Telkomsel yang mengkover lebih dari 96 persen wilayah populasi di Indonesia kini telah berjaringan 4G.
Selesainya upgrade jaringan 3G ke 4G ini juga membuat peningkatan jumlah pelanggan yang memakai uSIM 4G sebesar 84 persen (YoY), yang diikuti pertumbuhan trafik payload 4G sebesar 14 persen (YoY).
Dengan semakin meratanya jaringan broadband 4G/LTE di seluruh wilayah Indonesia, Telkomsel juga mencatatkan persentase peningkatan jumlah device yang bermigrasi ke device 4G, yakni sebanyak 51 persen (YoY).
Operator yang Sudah Matikan 2G
Di bulan Maret 2023, XL Axiata telah menyelesaikan penghapusan 3G pada 2022. Kini, seluruh spektrum frekuensi yang semula dipakai untuk menggelar 3G bisa dimaksimalkan untuk jaringan 4G.
Dengan menjalankan layanan 4G, terjadi kenaikan trafik internet secara signifikan. XL Axiata juga mencatatkan kenaikan trafik data pada 2022 sebesar 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan total data 1 Petabyte.
Pada November 2023, XL Axiata mengungkapkan bahwa mereka mulai mempertimbangkan untuk menghentikan 2G. Hal ini seiring dengan jaringan baru yang akan digulirkan, dalam hal ini 5G atau teknologi baru lainnya.
Salah satu persiapan yang dilakukan XL Axiata adalah dengan mendorong layanan Voice over LTE (VoLTE), atau panggilan suara berbasis koneksi LTE.
Jaringan 2G saat ini dipakai oleh pelanggan operator untuk layanan panggilan suara. Sementara, VoLTE dianggap mampu menggantikan layanan panggilan suara namun berbasis konektivitas internet.
Sementara di bulan Januari tahun lalu, Indosat Ooredoo Hutchison mengumumkan mereka telah selesai mematikan jaringan 3G.Operator seluler hasil merger Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia) ini pun fokus menggeber jaringan 4G dan 5G mereka.
Advertisement
Kominfo Kaji Wacana Insentif Buat Operator
Di kesempatan yang sama, Kementerian Kominfo mengungkapkan bahwa mereka tengah melakukan kajian mengenai insentif buat operator telekomunikasi. Meski begitu, hal ini masih dalam kajian.
Ismail, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo mengatakan, operator seluler saat ini menghadapi beratnya pertumbuhan pendapatan, yang tersaingi dengan layanan digital over-the-top seperti Google hingga Meta, yang memanfaatkan infrastruktur mereka.
"Dia (layanan digital) kuenya gede ternyata bisnisnya. Sementara infrastruktur ini membutuhkan investasi yang sangat besar, apalagi negara seperti kita mencakup dari Sabang sampai Merauke," kata Ismail di kantor Kominfo, Jakarta, Jumat (12/1/2024).
"Industri ini sedang mengalami tekanan sangat berat. Kita sebagai pemerintah melihat ini sudah kebutuhan pokok buat masyarakat, untuk menggunakan HP ini sehari-hari. Jangan sampai nanti karena dia 'melambat', kekuatan finansialnya makin rendah, maka tidak bisa berkembang, ada banyak daerah yang tidak bisa dilayani," ujarnya.
Masih di Tahap Diskusi
Karena itu, Ismail mengungkap ada diskusi untuk melakukan valuasi harga spektrum dengan valuasi yang optimal, bukan berarti mahal atau murah.
"Kalau murah nanti negara dapat PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) jadi berkurang, kita untuk kebutuhan kesehatan, pendidikan kan penting. Kalau terlalu mahal, kolaps para operator telko ini," kata Ismail.
Rencana insentif ini pun masih dalam tahap diskusi, yang akan diselesaikan, mengingat biaya lelang yang ada selalu naik dalam beberapa tahun terakhir, namun industri tidak sedang baik-baik saja.
Ismail pun menyebut mereka juga tengah meminta masukan dari para operator seluler. Ini juga belum diputuskan karena masih harus dikoordinasikan dengan Kementerian Keuangan, BPKP, dan pihak-pihak terkait lain, agar pemberian insentif melalui lelang ini rasional, atau ada argumentasi yang kuat.
"Jadi kalau ditanya kapan, dari kajian kami sebenarnya sudah penghujung final lah dari kami," kata Ismail.
Advertisement