SpaceX Diduga Bangun Satelit Mata-Mata Canggih untuk Pemerintah AS

SpaceX dikabarkan membangun ratusan satelit mata-mata canggih untuk pemerintah AS. Misi rahasia di balik langit biru ini memicu kekhawatiran privasi dan keamanan global.

oleh Yuslianson diperbarui 18 Mar 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2024, 14:00 WIB
SpaceX Luncurkan 60 Satelit Starlink ke Orbit
Roket Falcon 9 lepas landas dari Space Launch Complex 40 di Florida's Cape Canaveral Air Force Station, Amerika Serikat, Kamis (23/5/2019). CEO SpaceX, Elon Musk, juga menyebut proyek ini merupakan salah satu yang tersulit. (AP Foto John Raoux)

Liputan6.com, Jakarta - SpaceX, perusahaan transportasi luar angkasa swasta yang didirikan oleh Elon Musk menjadi bahan pembicaraan.

Diduga, SpaceX tengah membangun armada satelit mata-mata canggih untuk pemerintah Amerika Serikat.

Mengutip The Verge, Senin (18/3/2024), divisi SpaceX Starshield telah mengantongi kontrak rahasia dengan US National Reconnaissance Office (NRO).

Laporkan, kontrak dengan Kantor Pengintaian Nasional AS ini telah terwujud sejak tahun 2021.

Adapun isi kontrak dengan NRO ini untuk membangun jaringan "ratusan" satelit mata-mata untuk badan tersebut, sebagaimana dilansir Reuters via The Verge.

Dugaan ini juga diperkuat oleh laporan Wall Street Journal pada Februari, di mana tercantum kontrak rahasia SpaceX itu senilai USD 1,8 miliar (Rp 28 triliun).

Laporan tersebut tidak merinci kapan jaringan satelit mata-mata pemerintah AS itu akan beroperasi, atau ada perusahaan lain yang terlibat.

Jaringan bernama Starshield ini dilaporkan, mampu mengumpulkan citra atau foto terus-menerus di seluruh bumi untuk intelijen AS.

Diyakini, data pencitraan atau foto dari satelit ini berpotensi pemerintah AS atau organisasi lain dapat dengan mudah mengetahui gerak-gerik seseorang dengan mudah dan tanpa diketahui.

Musim gugur tahun lalu, dilaporkan perusahaan milik Elon Musk ini telah mengantongi kontrak senilai USD 70 juta dengan Space Force AS untuk menyediakan komunikasi satelit di bawah program Starshield.

Ini adalah entitas berbeda dari konstelasi Starlink SpaceX, setidaknya menurut Elon Musk, yang mengatakan Starlink “harus menjadi jaringan sipil,” sedangkan Starshield dimaksudkan untuk tujuan pemerintah dan keamanan nasional.

Elon Musk Bakal Buka Akses Grok, Publik Bisa Pakai Pesaing ChatGPT

Elon Musk. (Patrick Pleul/Pool via AP, File)

Di sisi lain, Elon Musk kembali menjadi sorotan dunia teknologi, di mana kali ini bos X Twitter itu mengungkap rencana untuk membuka akses kode sumber Grok.

Grok sendiri adalah chatbot besutan perusahaan AI milik Elon Musk, yakni xAI, dan digadang-gadang menjadi pesaing berat ChatGPT.

Kabar ini mencuat setelah Elon Musk menggugat OpenAI karena tidak lagi menjadi organisasi nirlaba open source.

"Minggu ini, @xAI akan membuka akses ke Grok," kutip pernyataan Elon Musk di akun media sosial X pribadinya, Selasa (12/3/2024).

Saat ini, Grok baru tersedia untuk pengguna berlangganan platform media sosial X yang setiap bulannya bayar seharga USD 16 atau Rp 247 ribuan.

Dengan ini, pengguna atau pengembang akan mendapatkan akses untuk mengembangkan kode utama dari AI pesaing ChatGPT tersebut.

Grok Bakal Open Source

Potret Elon Musk (Sumber: techtimes)

Tentunya hal ini berpeluang untuk mempercepat inovasi di bidang AI, karena akan ada lebih banyak orang yang dapat mengaksesnya.

Walau berpotensi membantu banyak orang, ada juga rasa khawatir open source Grok ini juga dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan.

Sayangnya, Musk tidak merinci sejauh mana akses kode utama Grok akan dibuka untuk umum, seperti apa tampilannya, atau apa dampaknya.

Ini bukan pertama kalinya perusahaan Elon Musk membuka akses pengetahuan mereka. Satu dekade lalu, Tesla membuka akses ke paten teknologi listrik mereka.

Karenanya, sekarang hampir setiap produsen mobil besar telah mengadopsi konektor pengisian daya kendaraan listrik besutan Tesla. 

Elon Musk Digugat Rp 2 Triliun Oleh Mantan CEO Twitter

<p>Elon Musk beli Twitter senilai Rp635 triliun. Dari mana saja sumber kekayaannya? (Instagram/elon.r.muskk).</p>

Di sisi lain, Elon Musk dan media sosial X baru-baru ini digugat oleh mantan CEO Twitter dan sejumlah eksekutif media sosial tersebut.

Dia dan X digugat sebesar USD 128 juta atau sekitar Rp 2 triliun terkait pesangon belum dibayarkan, sebagaimana dikutip dari The Wall Street Journal, Selasa (5/3/2024).

Mantan CEO Twitter Parag Agrawal, mantan CFO Ned Segal, mantan kepala bagian hukum Vijay Gadde, dan mantan penasehat umum Sean Edgett adalah sejumlah nama menuntut Elon Musk dan X.

Klaim gugatan tersebut berasal dari keadaan kacau akuisisi perusahaan oleh bos Tesla itu pada Oktober 2022.

Sebagai langkah awal pengambilalihan, Elon Musk langsung memecat para eksekutif platform media sosial (medsos) Twitter tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya