Liputan6.com, Jakarta - Pesawat luar angkasa milik pemerintah Amerika Serikat, X-37B, mendarat di Pangkalan Vandenberg pada 7 Maret 2025. Pesawat rahasia ini diluncurkan dalam Misi 7 dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg, California, pada 29 Desember 2023 lalu.
Pesawat ini menggunakan roket SpaceX Falcon Heavy untuk mencapai orbit elips tinggi di sekitar bumi. Melansir laman Live Science pada Kamis (13/03/2025), detail dari misi tak berawak ini sebagian besar dirahasiakan.
Namun, US Space Force mengungkapkan bahwa X-37B berhasil menyelesaikan beberapa uji coba penting. Salah satu pencapaian utama dalam Misi 7 ini adalah demonstrasi teknik aerobraking, yaitu metode menggunakan hambatan atmosfer untuk menurunkan orbit pesawat dengan konsumsi bahan bakar yang minimal.
Advertisement
Baca Juga
Biasanya, satelit memerlukan pendorong internal untuk mengubah ketinggian orbitnya. Namun, dengan teknik aerobraking, X-37B cukup mengubah sudut hidungnya terhadap arah orbit sehingga bagian bawah pesawat lebih banyak terkena atmosfer.
Hal ini menciptakan gaya hambat yang secara bertahap memperlambat pesawat. Dengan cara ini, X-37B mampu menurunkan ketinggiannya selama beberapa kali mengitari bumi dengan efisiensi bahan bakar yang lebih baik dibandingkan metode konvensional.
Selain teknik aerobraking, pesawat luar angkasa ini juga melakukan berbagai eksperimen terkait radiasi luar angkasa dan teknologi lama misi. Beberapa sumber menyebut bahwa eksperimen tersebut mencakup pengujian material tahan radiasi, uji coba komunikasi luar angkasa berkecepatan tinggi, dan evaluasi sistem energi surya berbasis ruang angkasa (space-based solar power system) yang berpotensi mengirimkan energi ke bumi melalui gelombang mikro.
Pesawat X-37B adalah pesawat luar angkasa yang dikembangkan oleh Boeing. Awalnya, pesawat ini merupakan proyek NASA sebelum dialihkan ke militer AS pada 2004.
Tujuan utama misi ini adalah untuk mengembangkan teknologi pesawat luar angkasa yang dapat digunakan kembali. X-37B memiliki panjang sekitar 8,8 meter dengan lebar sayap 4,6 meter.
Ukurannya yang kecil membuatnya lebih gesit dan fleksibel dibandingkan pesawat ulang-alik konvensional. Pesawat ini mampu beroperasi secara otomatis, tanpa awak di dalamnya, dan dapat kembali ke bumi dengan cara mendarat secara horizontal di landasan seperti pesawat biasa.
Sejak pertama kali digunakan, X-37B telah menjalani berbagai misi dengan durasi yang bervariasi. Misi terpanjangnya berlangsung selama 909 hari, dari Mei 2020 hingga November 2022.
Sementara itu, misi terpendeknya terjadi pada tahun 2010 dengan durasi 224 hari. Total, sejak debutnya pada 2010, X-37B telah menghabiskan lebih dari 3.700 hari di orbit, membuktikan kemampuannya dalam bertahan di lingkungan antariksa yang ekstrem.
Selain berfungsi sebagai platform uji coba teknologi antariksa, banyak pihak berspekulasi bahwa X-37B juga dapat digunakan untuk tujuan militer dan intelijen. Meski demikian, Angkatan Luar Angkasa AS menegaskan bahwa misi utama pesawat ini adalah pengembangan teknologi dan eksplorasi luar angkasa.
(Tifani)