Meta Bawa Chatbot AI ke Instagram, Bakal Bantu Pengguna Cari Konten dan Ngobrol

Chatbot Meta AI akan menyambangi platform Instagram! Fitur ini memungkinkan pengguna berinteraksi dengan AI untuk mendapatkan rekomendasi dan bantuan dalam membuat konten menarik.

oleh Yuslianson diperbarui 14 Apr 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2024, 14:00 WIB
Instagram
Meta Bawa Chatbot AI ke Instagram, Bakal Bantu Pengguna Ciptakan Konten Kreatif. (/Photo by Ben Kolde on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Meta, raksasa teknologi di balik platform seperti WhatsApp, Facebook, dan Instagram, semakin gencar berinovasi dengan mulai mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam produk mereka.

Setelah mengumumkan uji coba Meta AI di WhatsApp, kini Instagram pun dikabarkan bersiap menyambut teknologi kecerdasan buatan bikinan perusahaan tersebut.

Mengutip Gizchina, Minggu (14/4/2024), fitur Meta AI chatbot di Instagram ini masih hanya tersedia untuk pengguna beta, dan akan mulai meluncur secara global dalam waktu dekat.

Fitur chatbot Meta AI di Instagram ini memungkinkan pengguna berinteraksi dengan AI melalui DM, layaknya berbicara dengan teman.

Diketahui, AI ini menggunakan model bahasa besar (LLM) internal Meta, yaitu Llama 2, untuk memberikan sejumlah rekomendasi dan membantu pengguna untuk membuat konten menarik.

Meskipun fitur ini masih tergolong baru dan belum secanggih chatbot AI, seperti ChatGPT atau Gemini, integrasi kecerdasan buatan di medsos ini menandakan tren berkembang dalam komunikasi di seluruh platform Meta.

Ke depannya, bukan tidak mungkin chatbot Meta AI ini dapat digunakan untuk membuat konten dan berpotensi membantu pengguna membuat postingan, stories, dan reel menarik.

Sebetulnya, ini bukan pertama kali AI diterapkan pada Instagram. Sebelumnya, fitur eksperimental tool peneluisan ulang didukung AI dan teman virtual untuk bercerita juga pernah diujicoba.

Bagaimana menurut kamu, apakah fitur chatbot Meta AI akan menjadi tambahan menarik di platform Instagram?

 

Meta Dituding Lakukan Monopoli Setelah Akuisisi Instagram dan WhatsApp

Facebook baru saja mengumumkan perubahan nama menjadi Meta. (Foto: Facebook)

Di sisi lain, perusahaan induk Instagram dan WhatsApp, Meta kini tengah berurusan dengan hukum di AS.

Pasalnya, Federal Trade Commission (FTC) menuduh perusahaan telah melakukan praktik monopoli setelah mengakuisisi kedua aplikasi itu.

Dikutip dari Android Headlines, Senin (8/4/2024), FTC menggugat perusahaan tersebut telah menciptakan ekosistem antipersaingan dan menciptakan monopoli.

Mendengar hal tersebut, Meta tak tinggal diam dan meminta Pengadilan Federal di AS untuk membatalkan gugatan antitrust dari FTC.

Meta mengklaim, "Akuisisi Instagram dan WhatsApp menguntungkan konsumen." Perusahaan telah mengonfirmasi bahwa mereka telah mengajukan mosi untuk keputusan ringkasan dalam gugatannya terhadap FTC AS.

Meta pada dasarnya meminta pengadilan negeri AS untuk membatalkan kasus tersebut karena FTC dianggap gagal memberikan bukti untuk mendukung klaimnya.

Ada dua aspek yang Meta minta agar mempertimbangkan gugatan tersebut. Perusahaan yakin FTC tidak akan dapat membuktikan kalau Meta melakukan praktik monopoli setelah mengakuisisi Instagram dan WhatsApp.

Sebaliknya, “Meta menghadapi persaingan ketat dari berbagai platform – mulai dari TikTok dan X hingga YouTube dan Snapchat,” keluh perusahaan tersebut.

Aspek kedua adalah Meta menegaskan bahwa mengakuisisi Instagram dan WhatsApp tidak merugikan pasar atau berdampak buruk pada konsumen.

Perusahaan juga menekankan bahwa mereka telah mengembangkan dan mengelola plaform media sosial tersebut dengan baik.

Meta Menganggap Tindakannya Tidak Memonopoli Pasar

Ilustrasi Meta dan Facebook. (Unsplash/Dima Solomin)

Laporan dari Android Headlines juga menyebutkan bahwa Meta menghabiskan hingga miliaran dolar dan menginvestasikan banyak waktu untuk membuat aplikasi tersebut memberikan kemudahan dan keamanan bagi pengguna.

Meta menegaskan FTC tidak memiliki bukti yang membuktikan bahwa tindakan perusahaan tersebut bersifat memonopoli pasar.

Dengan kata lain, Meta menyiratkan bahwa tindakannya tidak merugikan persaingan dan tidak berdampak negatif terhadap pengguna.

Penting untuk dicatat bahwa pada tahun 2021, Hakim Pengadilan Distrik DC James Boasberg telah menerima mosi Meta untuk menolak keluhan FTC.

Namun, hakim memberi kesempatan kepada FTC untuk mengajukan amandemen, yang kemudian mengizinkan untuk melanjutkan gugatan.

Pengaduan yang diubah oleh FTC kali ini jauh lebih substansial dan rinci dibandingkan dengan pengaduan sebelumnya.

Kendati demikian, Meta menganggap gugatan terbaru dari FTC masih "berpikiran sempit."

Pasalnya, FTC telah mengecualikan platform seperti TikTok dan YouTube. Sebaliknya, dalam keluhannya, agensi tersebut hanya menyertakan Facebook, Instagram, Snapchat, dan MeWe, klaim Meta.

Uni Eropa Selidiki Dugaan Monopoli Apple dan Meta

Google, Apple,Meta,Amazon, Microsoft (Dok. AI Bussines)

Selain dari AS, Meta bersama perusahaan teknologi raksasa seperti Apple dan Alphabet juga tengah diselidiki oleh Uni Eropa atas tindakan antipersaingan.

Perusahaan-perusahaan ini disinyalir melanggar aturan Digital Markets Act (DMA), yang diperkenalkan oleh Uni eropa pada 2022. Jika terbukti melanggar, perusahaan-perusahaan tersebut dapat menghadapi denda besar hingga 10 persen dari pendapatan tahunan mereka.

Mengutip BBC, Margrethe Vestager, komisioner antimonopoli Uni Eropa, dan Thierry Breton, pemimpin industri ini, mengumumkan penyelidikan tersebut pada hari Senin.

DMA memberlakukan persyaratan hanya pada enam perusahaan, tetapi mereka termasuk yang terbesar di dunia: Alphabet, Apple, Meta, Amazon, Microsoft, dan ByteDance.

Tidak satu pun dari perusahaan-perusahaan tersebut yang benar-benar berbasis di Eropa. Lima di antaranya berkantor pusat di Amerika Serikat (AS), sementara ByteDance berkantor pusat di Cina.

Tiga di antaranya kini menghadapi pertanyaan kurang dari dua minggu setelah menyampaikan laporan kepatuhan yang dibuat dengan baik.

Hal ini terjadi tiga minggu setelah Uni Eropa mendenda Apple sebesar €1,8 miliar (£1,5 miliar) karena melanggar peraturan persaingan usaha terkait streaming musik.

INFOGRAFIS JOURNAL_Mengenal Apa Itu Cancel Culture (liputan6.com/Abdillah)
INFOGRAFIS JOURNAL_Berbagai Fakta Mengenai Gerakan Cancel Culture di Media Sosial (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya