Liputan6.com, Jakarta - Ramai-ramai menghadang sampah Jakarta, warga Cileungsi, Jawa Barat, memblokade jalur yang dilalui truk-truk pengangkut sampah dari Ibukota.
Mereka keberatan, selama bertahun-tahun ratusan truk sampah dari Jakarta bolak-balik melintasi wilayah mereka untuk menuju tempat pengelolaan sampah terpadu yakni TPST Bantar Gebang, Bekasi. Bau tak sedap yang menyengat, jalan rusak, hingga kemacetan, jadi alasan keberatan warga.
Sudah lebih 25 tahun, sejak dioperasikan pada Agustus 1989, Bantar Gebang menampung sampah Ibukota.
Advertisement
Di lahan seluas 110 hektare milik Pemprov DKI Jakarta ini, setiap hari ada ribuan ton sampah diolah menjadi kompos dan sumber energi.
Dari sekitar 7.800 ton sampah yang dihasilkan Jakarta setiap hari, 5.500 ton sampah diangkut ke Bantar Gebang. Sedangkan 1.000 ton diolah di bank-bank sampah yang dikelola masyarakat.
Bisa dibayangkan, sehari saja sampah tidak terkirim ke Bantar Gebang, ribuan ton sampah menumpuk di Ibukota. Dampaknya, sampah pun menggunung di sejumlah titik Ibukota.
Tempat pembuangan sementara atau TPS, juga kewalahan menerima limpahan sampah warga Jakarta.
Aksi blokade warga terhadap truk sampah Jakarta membuat Pemprov DKI mempertanyakan kinerja PT Godang Tua Jaya, selaku pengelola TPST Bantar Gebang. Pemprov DKI berniat meninjau ulang kontrak kerjasama dengan PT Godang Tua Jaya.
Namun PT Godang Tua Jaya justru menuding Pemprov DKI Jakarta gagal dalam mengurangi volume sampah.
Setelah 2 hari melarang truk sampah Jakarta melintasi kawasan Cileungsi, aksi blokade berakhir. Difasilitasi ketua DPRD dan Kapolres Bogor, warga Cileungsi akhirnya sepakat menghentikan blokade.
Hal ini setelah tercapai kesepakatan antara Pemprov DKI dengan Pemkab Bogor dan Pemkot Bekasi.
Saksikan selengkapnya dalam tayangan Barometer Pekan Ini yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (7/11/2015) di bawah ini. (Nda/Ali)