Liputan6.com, Jakarta - Tukang ojek dan buruh setrika pakaian menjadi aktivitas keseharian Marriyatun, guru di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Desa Gondang Sragen, Jawa Tengah. Sejak tahun 2000, setiap pagi hingga siang hari dirinya mengabdikan diri sebagai guru di Wiyata Bakti, dengan mengajar mata pelajaran matematika.
Seperti ditayangkan Liptuan 6 Pagi SCTV, Rabu (25/11/2015), meski telah belasan tahun mengabdikan diri sebagai guru, hingga kini Marriyatun masih harus mencari nafkah tambahan untuk menghidupi diri serta anak bungsunya yang kini sudah menginjak usia 10 tahun.
Sebab dari hasil mengajar, Marriyatun hanya menerima gaji bulanan sebesar Rp 200 ribu. Honor ini tentunya tak cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Advertisement
Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, Marriyatun terpaksa bekerja serabutan sebagai buruh setrika pakaian dari warga sekitar atau pun kenalan sesama guru lainnya.
Tak hanya itu, di sela-sela waktunya dirinya juga melayani permintaan sebagian warga yang minta diantar ke sejumlah tempat, alias menjadi tukang ojek paruh waktu.
Belasan tahun mengabdikan diri sebagai guru, Marriyatun belum juga diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Mariyyatun bernazar, bila dirinya menjadi PNS, gaji yang diterimanya akan digunakan untuk membantu membiayai sejumlah muridnya yang yatim piatu. (Dan/Ron)