Potret Menembus Batas: Merawat Asa, Jati Diri Bangsa

Melalui sebuah bangunan, Soekarno ingin selalu mengobarkan semangat kebangsaan.

oleh Liputan6 diperbarui 06 Jun 2016, 02:52 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2016, 02:52 WIB
22 Tahun Tak Dibersihkan, Tugu Monas Kembali Kinclong
Tugu Monumen nasional terakhir kali dibersihkan pada 1992 lalu. Kini, Monumen tersebut kembali dibersihakn sejak 5 hingga 18 Mei 2014 (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Tugu Munumen Nasioanal (Monas) menjadi tonggak sejarah perjuangan negeri. Kesatuan harmonis lingga dan yoni, simbol kesuburan pada masa pra sejarah Indonesia.

Ia adalah simbol ide kebangsaan, menyingkirkan imperialisme dan menegakkan kejayaan bangsa. Sukarno punya cara khusus mengobarkan semangat kepada rakyatnya.

Tak hanya kebanggaan yang hendak dibangkitkan. Melalui sebuah bangunan, Sukarno ingin selalu mengobarkan semangat kebangsaan.

Monumen Dirgantara. Patung perunggu seberat 11 ton ini semangat keberanian bangsa untuk menjelajah angkasa.

Tugu Selamat Datang. Melambangkan sikap percaya diri menyambut masa depan.

Gelora Bung Karno. Salah satu yang terbesar di dunia kala itu. 51 Negara pernah dihadirkan di sini.

Persatuan dan persahabatan dunia dibangkitkan menghadapi dominasi negara-negara maju.

Presiden Sukarno bahkan mendedikasikan Gedung Parlemen Indonesia menjadi markas besar Conefo, Conference of The New Emerging Forces.

Beranggotakan negara-negara berkembang untuk menandingi dua kekuatan besar, Blok Timur dan Barat, Amerika dan Uni Soviet.

Sebuah poros baru untuk dunia, bentukan semangat menghapus segala bentuk penjajahan di muka bumi.

Saksikan tayangan selengkapnya dalam Potret Menembus Batas SCTV, Senin (6/6/2016), pada tautan video di bawah ini.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya