Liputan6.com, Jakarta - Proyek mass rapid transit (MRT) digulirkan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan di Ibu Kota. Proyek ini sebenarnya sudah direncanakan sejak era Presiden Soeharto tahun 1985. Namun proses pembangunannya baru terealisasi pada Oktober 2013.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (6/2/2017), diharapkan pengguna kendaraan pribadi akan beralih menggunakan moda transportasi ini, karena MRT memiliki sejumlah keunggulan.
Dengan menggunakan MRT, waktu tempuh perjalanan akan jauh lebih cepat dibandingkan menggunakan kendaraan bermotor.
Advertisement
Sebagai pembanding, dari Lebak Bulus ke Bundaran HI waktu tempuh MRT hanya 30 menit. Sedangkan menggunakan kendaraan bermotor butuh waktu 1 hingga 2 jam. MRT mampu menggangkut 412 ribu penumpang per hari sehingga mobilitas warga meningkat.
Kehadiran MRT juga berdampak pada lingkungan, karena mampu menurunkan produksi CO2 di Ibu Kota. Soal ongkos, untuk sekali jalan penumpang membayar tiket seharga Rp 8.500 hingga Rp 15 ribu.
Pada tahap pertama, MRT akan dibangun sepanjang 15,7 kilometer dengan 13 stasiun. Sepanjang 9,79 kilometer di antaranya dalam bentuk kontruksi layang dengan 7 stasiun dan 5,91 kilometer konstruksi bawah tanah dengan melewati 6 stasiun.
Hingga saat ini, progres pembangunan MRT sudah mencapai lebih dari 60 persen.
Untuk mewujudkan mega proyek ini, butuh dana yang tidak sedikit, yakni sebesar Rp 15 triliun. Diharapkan proyek pembangunan MRT yang mampu menyerap 48 ribu tenaga kerja bisa selesai tepat waktu pada 2018.
Simak tayangan video selengkapnya dalam tautan ini.