Rute Warisan Merpati Jadi Rebutan Maskapai

Kemenhub mengakui sejumlah maskapai memang telah menyatakan minatnya. Tapi keseriusan perusahaan harus ditandai pengajuan proposal.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Feb 2014, 17:05 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2014, 17:05 WIB
pesawat-merpati-140208b.jpg

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengaku sejumlah maskapai penerbangan telah menyatakan minatnya mengambil alih 19 rute komersial peninggalan PT Merpati Nusantara Airlines (MNA). 

Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono mengungkapkan, beberapa maskapai penerbangan mengaku tertarik mengincar rute-rute komersial Merpati.

"Ada beberapa (maskapai). Kan ini antara yang menyatakan minat dan yang mengajukan proposal beda. Nah saya belum dapat angkanya, tapi semua yang disebutkan tadi rasanya berminat semua," ucap Bambang di kantor Kementerian Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (26/2/2014).

Kemenhub sebelumnya mengungkapkan terdapat enam rute bekas Merpati yang diminati maskapai penerbangan di Indonesia. Susi Air dikabarkan berminat mengambil rute penerbangan Bade-Merauke. Sedangkan Garuda Indonesia menaksir beberapa rute seperti Labuan Bajo-Maumere, Makassar-Maumere, Makassar-Selayar, dan Sorong-Timika.

Maskapai lain yang berminat adalah Sriwijaya Air dengan incaran rute Makassar-Merauke dan Citilink yang berminat mengambil rute Merpati berbasis dari Makassar.

Menurut Bambang, pemerintah pada dasarnya membuka peluang bagi maskapai penerbangan yang serius mengambil rute komersial Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan nilai utang mencapai Rp 7,3 triliun.

"Kami melihat kepentingan publik karena masyarakat harus tetap dilayani. Kalau ada maskapai lain yang ingin masuk ke situ, kami berikan," tegasnya.

Pada bagian lain, Bambang juga mengaku tengah menunggu rencana kerja operasi angkutan khusus umroh dan haji dari Merpati. Pemerintah ingin memastikan keberlanjutan bisnis dari maskapai perintis pemerintah ini. 

"Kami inginnya layanan umroh dan haji sustainable, tidak dipisah-pisah karena manajemen kan satu perusahaan. Jadi kalau khusus umroh dan haji lebih baik jadi penerbangan charter," imbuh Bambang.(Fik/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya