Liputan6.com, Jakarta Bencana alam dengan intensitas cukup berkepanjangan diprediksi akan menjadi penyumbang inflasi di Februari ini. Meski begitu, laju inflasi periode bulan lalu diperkirakan akan lebih rendah dibanding realisasi inflasi pada Januari 2014 sebesar 1,07%.
Menteri Keuangan Chatib Basri meramalkan inflasi Februari ini akan berada di bawah 0,5%. Prediksi ini di bawah perkiraan Bank Indonesia (BI) yang memprediksi sebesar 0,5%.
“Saya kira inflasi bisa di bawah 0,5%. Inflasi di Januari memang tinggi, dan Februari biasanya rendah dan turun kembali di Maret,” kata dia di Jakarta, seperti ditulis Senin (3/3/2014).
Baca Juga
Di tempat terpisah, Pengamat Ekonomi Faisal Basri memperkirakan inflasi bulan kedua ini lebih rendah dibanding Januari 2014. Tapi tergolong tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
“Saya ingin prediksikan inflasi year on year (YoY), jadi inflasi Februari ini secara YoY mencapai 8,1% atau turun dari YoY bulan sebelumnya sebesar 8,3%,” tambah dia saat berbincang dengan Liputan6.com.
Penyebab utama inflasi yaitu menurunnya gejolak harga pangan akibat bencana banjir yang sudah mencapai puncaknya di periode Februari.
“Puncak banjir sudah selesai meskipun waktunya cukup lama , sehingga mendongkrak kenaikan harga pangan dan harga administrasi. Kedua ini penyumbang inflasi terbesar. Sedangkan bencana meletusnya Gunung Kelud tidak terlalu berpengaruh ke inflasi,” jelas Faisal.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi inflasi Januari 2014 sebesar 1,07% dipicu beberapa hal, antara lain kenaikan harga jual elpiji 12 kilogram (kg) dan harga sayur mayur.
Kepala BPS, Suryamin menyebut, dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), 78 kota mengalami inflasi dan 4 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi berada di Pangkal Pinang sebesar 3,79% dengan IHK 114,92% dan terendah di Pontianak 0,04% dengan IHK 111,78.
Advertisement