Rusia-Ukraina Bersitegang, Ancam Harga Minyak Mentah RI

Ketegangan yang terjadi di Ukraina dengan Rusia diprediksi akan membayangi harga minyak dunia, termasuk di Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 04 Mar 2014, 17:44 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2014, 17:44 WIB
minyak-dunia-140108c.jpg
Liputan6.com, Jakarta Ketegangan yang terjadi di Ukraina dengan Rusia diprediksi akan membayangi harga minyak dunia, termasuk di Indonesia. Jika harga minyak mentah negara ini naik maka akan mengancam neraca perdagangan Indonesia. 
 
Dalam asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, pemerintah mematok harga minyak mentah (Indonesia Crude Price/ICP) sebesar US$ 106 per barel. 
 
"Permasalahan di Ukraina adalah naiknya harga minyak dan gas (migas). Ini akan berpengaruh ke pasar dunia dan jika harga migasnya naik, harga migas kita juga meningkat," ujar Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi di Jakarta, Selasa (4/3/2014). 
 
Menurut Badan Energi Internasional, Rusia adalah produsen terbesar minyak kedua di dunia pada 2012 atau menguasai 12,6% dari pasokan global.
 
"Urusan gas di Ukraina memang berasal dari Rusia. Jadi mudah-mudahan ini tidak berdampak signifikan terhadap kita," ujarnya. 
 
Terkait kondisi neraca perdagangan jika harga minyak mengalami kenaikan, Lutfi mengakui, pihaknya tengah berupaya untuk menjaga struktur perdagangan Indonesia supaya tidak membebani neraca transaksi berjalan. 
 
"Kami lagi berusaha mengerahkan semua tenaga untuk bekerja bagaimana bisa mengganti atau substitusi impor, serta menggenjot kinerja ekspor," tandas dia.
 
Sekadar informasi, harga minyak melonjak lebih dari US$ 2 per barel karena masuknya militer Rusia ke Ukraina menimbulkan kekhawatiran sanksi ekonomi terhadap salah satu produsen energi utama dunia tersebut.
 
Di New York , minyak mentah AS untuk pengiriman April naik US$ 2,33, atau 2,3% menjadi ditutup US$ 104,92 per barel.
 
Minyak mentah Brent, patokan untuk varietas internasional minyak mentah naik US$ 2,13 atau 2% menjadi US$ 111,20 di bursa ICE Futures di London, melansir laman Associated Press, hari ini.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya