Liputan6.com, Jakarta - PT Chevron Geothermal Indonesia telah menggelontorkan investasi US$ 1 miliar atau setara Rp 11,36 triliun (kurs: Rp 11.365 per US$)Â hingga kini untuk berinvestasi di Indonesia. Salah satu proyek yang dikembangkan yaitu proyek panas bumi yang memakan waktu pembangunan sekitar 10 tahun.
General Manager Policy, Governtment and Public Affair PT Chevron Geothermal Indonesia, Paul Mustakim menuturkan, saat ini proyek panas bumi yang dioperatori Chevron sudah menghasilkan 647 mega watt (MW) di Drajat dan Salak, Jawa Barat. Nilai investasi yang digelontorkan US$ 1 miliar hingga kini.
"Diperlukan teknologi technical knowledge untuk mengerti potensi, beberapa soft ware kami kembangkan internal. Kemampuan kami melakukan pengeboran steam. Kami salah satu developer memiliki kemampuan itu mulai upstream sampai pengolahan produksi lisrik sendiri," ujar Paul.
Advertisement
Paul mengatakan, pembangunan proyek panas bumi sangat rumit sehingga tidak semudah membangun pabrik sepatu. Untuk membangun fasilitas kelistrikan yang berasal dari panas bumi membutuhkan waktu yang lama karena banyak proses yang harus ditempuh.
"Membangun fasilitas panas bumi tidak cepat seperti membangun pabrik sepatu dua tahun jadi," kata Paul, dalam worshop media tentang kegiatan usaha panasbumi, di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, Senin (19/5/2014).
Paul mengungkapkan, untuk membangun salah satu fasilitas panas bumi di Drajat Garut, Jawa Barat, perusahaan asal Amerika Serikat tersebut membutuhkan waktu 10 tahun.
"1984 memenangkan tender, 10 tahun kemudian baru produksi benar-benar menghasilkan listrik 1994," ungkapnya. (Pew/Ahm)