Alumni IPB Dukung Ide Revolusi Pertanian Jokowi-JK

Jokowi-JK menunjukkan sinyal memilah wewenang kementerian teknis seperti Kementerian pertanian mengurusi produksi bukan tata niaga,

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 25 Mei 2014, 13:20 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2014, 13:20 WIB
Sawah (Ilustrasi)
Sawah (Antara Foto)

Liputan6.com, Jakarta - Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) melihat visi dan misi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) mengenai kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan akan membawa sektor pertanian Indonesia ke arah peningkatan daya saing dan kesejahteraan petani.

Juru Bicara Forum Alumni IPB Franky Sibarani menjelaskan, untuk mengembangkan sektor pertanian dibutuhkan revolusi mental, menurutnya hal tersebut sama dengan tawaran Jokowi.

"Visi, misi dan rencana aksi mereka memperlihatkan konsistensi sikap pro rakyat. Jokowi secara tegas menyebutkan peningkatan kapasitas petani, kedaulatan benih petani serta pengembangan bank khusus pertanian, koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)," kata Franky, dalam diskusi Revolusi Mental Pertanian sebagai Landasan Kemandirian Ekonomi, di JKW Center, Jakarta, Minggu (25/5/2014).

Franky menyatakan, pihaknya mengapresiasi pasangan Jokowi-JK yang menempatkan pertanian sebagai arus utama kebijakan pembangunan, mulai pembenahan infrastruktur pendukung, pendidikan pertanian hingga solusi akses modal.

"Dalam visi misi yang diserahkan ke KPU, pasangan ini menyebutkan rencana aksi diantaranya pencanangan 1000 desa berdaulat benih hingga tahun 2019 dan peningkatan kemampuan petani," paparnya.

Ia menambahkan, pasangan ini menunjukkan sinyal memilah wewenang kementerian teknis seperti Kementerian Pertanian mengurusi produksi bukan tata niaga, sehingga dapat terciptanya peningkatan produksi pertanian yang menuju swasembada pangan.

"Kementerian Pertanian sebagai leading sektor pertanian cenderung mengurusi tata niaga sehingga cukup sibuk untuk mengurus kuota impor dibanding meningkatkan produksi," pungkasnya. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya