Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan tarif listrik bagi industri yang ditetapkan pemerintah guna mengurangi beban subsidi terhadap keuangan negara dinilai tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap industri kemasan dalam negeri.
Direktur Eksekutif Federasi Kemasan Indonesia (FPI) Hengky Wibawa mengatakan meski kenaikan tarif listrik memberikan berpengaruh signifikan terhadap industri makanan dan minuman.
Namun hingga kini belum ada penurunan permintaan sehingga industri kemasan pun masih berjalan stabil.
"Hingga kini tidak ada penurunan permintaan dari industri makanan dan minuman karena kenaikan tarif listrik," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Jumat (4/7/2014).
Menurut dia, kenaikan tarif dasar listrik hanya akan berpengaruh sebesar 10 persen terhadap biaya produksi kemasan.
Sedangkan kenaikan harga bahan baku akan memberikan pengaruh lebih besar yaitu sekitar 60 persen-70 persen.
"Sehingga kalau kenaikan tarif listrik sekitar 5 persen hanya akan menaikkan harga kemasan sebesar 0,5 persen," lanjut dia.
Meski demikian, Hengky mengungkapkan bahwa asosiasi tetap optimis dengan pertumbuhan konsumsi makanan dan minuman akan tetap tinggi meski didalam industri kemasan sendiri impor bahan baku dan mesin masih akan terus berlanjut karena industri dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan industri tersebut.
"Isu ini sendiri kan sudah ada sejak awal tahun. Jadi mereka (industri makanan dan minuman) sudah mempersiapkan diri, sehingga tidak terlalu berakibat pada permintaan," katanya.
Hingga saat ini, impor mesin untuk industri kemasan dalam negeri kebanyakan berasar dari China, Korea Selatan dan Jepang. Sedangkan untuk bahan baku kemasan banyak berasal dari China dan kawasan Timur Tengah. (Dny/Nrm)
Advertisement