Mendag Optimistis Target Ekspor Tercapai

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi menuturkan, bila ekonomi global membaik maka defisit neraca perdagangan US$ 500 juta-US$ 600 juta.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Sep 2014, 17:46 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2014, 17:46 WIB
Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi
Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi optimistis, target ekspor perdagangan sebesar US$ 190 miliar bisa tercapai pada 2014. Salah satu karena adanya jalan keluar dari masalah ekspor pertambangan.

"Apakah kita akan capai target perdagangan US$ 190 miliar. Saya rasa akan tercapai, sebab saya melihat ada angin di belakang, dengan diperbolehkannya lagi ekspor konsentrat tembaga dan emas, itu setidaknya akan keluar hingga akhir tahun sebesar US$ 3 miliar-US$ 4 miliar," ujar Lutfi di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis (4/9/2014).

Selain itu, dia juga meyakini meskipun pertumbuhan ekonomi tidak mencapai 5 persen pada akhir 2014, target ekspor tersebut hanya akan meleset sedikit.

"Nah kalau terjadi koreksi perekonomian tidak membaik sampai akhir tahun dan tidak lebih dari 5% pertumbuhannya, tapi saya akan perkirakan tipis dari US$ 190 miliar turunnya," lanjutnya.

Namun kinerja ekspor tahun ini dinilai masih sulit untuk mampu mengimbangi defisit neraca perdagangan. Hal ini lantaran Indonesia masih banyak melakukan ekspor bahan baku dan bahan penolong untuk menjaga pertumbuhan industri di dalam negeri.

"77 persen impor kita bahan baku dan bahan penolong kita, kita tidak bisa kesampingkan. Ini butuh insentif untuk industri ini dan tidak bisa terelakkan," kata Lutfi.

Jika ekonomi dunia terkoreksi, lanjut lutfi, defisit necara perdagangan bisa mencapai US$ 500 juta-US$ 600 juta. Hal ini karena dengan perbaikan ekonomi dunia, Indonesia akan semakin banyak melakukan impor bahan penolong dan bahan baku untuk memenuhi permintaan global akan produk-produk jadi dari Indonesia.

"Kalau misalnya ekonomi dunia membaik, kita akan defisit US$ 500 juta-US$ 600 juta, tapi kalau lemah seperti ini kita akan bisa break even. Kalau tidak ada perbaikan ekonomi internasional akan plus minus 3 persen," tandasnya. (Dny/Ahm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya