Hasil Tangkapan Nelayan RI Banyak Kehilangan Nilai Ekonomis

Banyak ikan-ikan hasil tangkapan nelayan Indonesia yang tidak dijual ke dalam negeri, melainkan ke negara tetangga seperti Thailand.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Sep 2014, 15:00 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2014, 15:00 WIB
Harga Ikan
(Fotografer: M Taufan SP Bustan/ Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Potensi perikanan yang begitu besar rupanya belum mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan industri perikanan dalam negeri.

Anggota Senator Junior Chamber International (JCI) Senate ASEAN, Aswadi Munir mengatakan, banyak ikan-ikan hasil tangkapan nelayan Indonesia yang tidak dijual ke dalam negeri, melainkan ke negara tetangga seperti Thailand dan Filipina.

"Jadi di Satun dan Kuantan (Thailand) yang ternyata 80 persen ikan yang berlabuh di situ berasal dari Indonesia dan hanya 20 persen yang mereka tangkap sendiri," ujarnya dalam diskusi Bedah Roadmap Sektor Kelautan dan Perikanan Kadin untuk Pemerintah di Kantor Kadin, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (22/9/2014).

Dia menjelaskan, pengusaha perikanan asal Thailand tersebut memanfaatkan para nelayan lokal untuk menangkap ikan dari wilayah perairan Indonesia untuk kemudian dibeli dengan harga yang ditentukan oleh para pengusaha tersebut.

"Jadi mereka mengkoordinir nelayan Indonesia dan men-support logistiknya seperti biaya operasional, kebutuhan BBM, sampai pada perizinan. Mereka juga pakai nama nelayan Indonesia. Jadi hasil tangkapan nelayan ditampung di laut internasional. Mereka seperti mengijon," lanjutnya.

Aswadi mengungkapkan, bahkan setiap pengusaha itu mengkoordinir hingga ratusan kapal nelayan untuk mensuplai ikan. Sedangkan nelayan lokal juga mau tidak mau lebih suka untuk menjualnya pada pengusaha Thailand karena dianggap lebih pasti ketimbang harus menjualnya kedalam negeri.

"Nelayan tidak punya pilihan karena untuk dijual ke dalam negeri juga demand-nya tidak tinggi. Kalau dibawa ke daratan juga ada cost-nya lagi jadi mereka berpikir lebih baik setelah ditangkap kemudian langsung ke storage kapal (milik Thailand). Ini juga dipraktekan oleh Filipina dan Taiwan," katanya.

Hal seperti, lanjut Aswadi, sulit dicegah oleh pemerintah karena para pengusaha Thailand ini bisa dibilang tidak melakukan ilegal fishing melainkan seperti melakukan kerjasama dengan nelayan.

"Mereka tidak melakukan ilegal fishing karena untuk melaut mereka punya izin dari pemerintahnya. Tetapi mereka memanfaatkan nelayan kita. Bisa dibayangkan kita kehilangan nilai ekonomis dari situ setiap hari. Tapi angkanya pastinya saya tidak tahu," tandas dia. (Dny/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya