Mendag Tak Mau Buka Keran Impor Pangan Meski Inflasi Naik

Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel mengakui kenaikan BBM akan memicu lonjakan harga bahan kebutuhan pokok.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Nov 2014, 16:52 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2014, 16:52 WIB
Sayuran 3
(Liputan6.com/Johan Tallo )

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dalam waktu dekat ini. Kebijakan tersebut dipastikan akan berimbas pada tingkat inflasi yang bisa naik hingga dua kali lipat.

Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel mengakui kenaikan BBM akan memicu lonjakan harga bahan kebutuhan pokok. Namun untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya tidak akan otomatis akan membuka keran impor.

"Kemendag tidak akan buka begitu saja, kita akan berkoordinasi dengan kementerian lain. Kalau itu soal pangan, koordinasi dengan Kementan. Tidak seperti dulu. Kita akan analiasa sebaik mungkin," ujarnya di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Selasa (4/11/2014).

Rachmat menjelaskan, dengan program-program yang telah luncurkan pemerintah seperti Kartu Pintar, Kartu Sehat, Kartu Keluarga Sejahtera diharapkan dapat membantu meringankan beban masyarakat saat terjadi inflasi tinggi.

"Subsidi itu kan alihkan pada penggunaan yang lebih tepat, pada hal-hal seperti pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Intinya kita ingin mengalihkan bukan menghapuskan begitu saja," lanjut dia.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemendag Gunaryo mengatakan masing-masing komoditas telah memiliki patokan harga. Bila harga di pasaran telah melebihi harga tersebut maka baru akan dikaji mengenai kemungkinan buka keran impor.

"Masing-masing komoditas ada harga referensi, kalau sudah dilewati baru kita kaji perlu ada impor atau tidak," tandasnya.(Dny/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya