Pertumbuhan Omzet Industri Makanan dan Minuman Melambat

Pertumbuhan omzet industri makanan dan minuman cenderung melambat disebabkan tiga faktor. Apa sajakah itu?

oleh Septian Deny diperbarui 08 Des 2014, 13:15 WIB
Diterbitkan 08 Des 2014, 13:15 WIB
 Hati-hati Jelang Lebaran Banyak Makanan Kadaluwarsa
Menjelang Lebaran maraknya penjualan makanan dan minuman kadaluwarsa yang terbungkus dalam kemasan parsel. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Penjualan produk makanan dan minuman (mamin) ditargetkan naik sebesar 8 persen pada 2014 jika dibandingkan tahun lalu.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman mengatakan, jika pada tahun lalu omzet penjualan produk makanan dan minuman sebesar Rp 904 triliun, maka pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp 1.020 triliun.

Meski demikian, jika melihat pertumbuhan per semesternya, semester II ini diperkirakan tumbuh lebih rendah yaitu hanya 7 persen-8 persen jika dibandingkan semester I yang mencapai 9,6 persen atau 60 persen dari total omzet.

"Dan secara rata-rata per tahun, 2014 memang pertumbuhannya melambat dibanding tahun lalu," ujar Andi saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Senin (8/12/2014).

Adhi menjelaskan, setidaknya ada tiga penyebab lambatnya pertumbuhan omzet produk makanan dan minuman jika dibandingkan tahun lalu. Pertama yaitu turunnya harga komoditi yang menjadi andalan Indonesia. Hal ini dinilai berpengaruh pada penurunan daya beli.

Kedua, dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat terhadap mata uang lainnya termasuk Rupiah membuat beban biaya produksi industri mamin semakin meningkat karena industri masih mengandalkan bahan baku impor. Dengan dolar menguat membuat harga bahan baku semakin mahal. "Jadi beberapa industri terpaksa beberapa kali menaikkan harga jualnya," lanjutnya.

Ketiga, situasi politik pasca pemilihan umum (pemilu) juga memberikan pengaruh sehingga beberapa industri memilih mengurangi produksinya.

"Situasi politik menurut industri menjadi sedikit kurang kondusif hal ini membuat banyak pengusaha yang memilih untuk mengurangi stok di pasaran," tandasnya. (Dny/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya