Dalam Impor BBM, Peran ISC Lebih Besar dari Petral

SC adalah salah satu divisi usaha Pertamina yang berperan besar dalam bisnis migas Petral.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Des 2014, 17:49 WIB
Diterbitkan 21 Des 2014, 17:49 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Turun
Ilustrasi Harga Minyak Turun (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Tim Reformasi Tata Kelola Migas terus berupaya menelisik pihak-pihak yang terlibat dalam proses impor bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.

Selain Petral, tim juga memanggil Integrated Supply Chain (ISC), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang diketahui berperan besar dalam proses usaha jual beli minyak yang dilakukan Petral.

"ISC sudah dipanggil. Kita ketemu dalam rapat dengan Pertamina," kata anggota tim Reformasi Tata Kelola Migas Agung Wicaksono di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Minggu (21/12/2014).

Agung yang juga anggota UKP4 menjelaskan ISC adalah salah satu divisi usaha Pertamina yang berperan besar dalam bisnis migas Petral.

"Dia (ISC) yang menetapkan spek, volume, kebutuhan. Lalu dikembalikan ke Petral untuk dijalankan. Jadi memang benar ISC sangat signifikan perannya," ucap Agung.

Namun dia tak menjelaskan apakah ISC masuk dalam proses pengusutan. "Beberapa waktu lalu kita sudah datangkan ISC rapat. Waktu itu dengan Pertamina semua. Sudah kok," katanya.

Diketahui, Menteri ESDM Sudirman Said sempat menjadi menduduki posisi strategis sebagai Senior Vice President ISC. Namun kemudian terhenti ketika Dirut Pertamina yang baru, Karen Agustiawan menjabat pada 2009 lalu.

Di tempat yang sama, Kepala Tim Khusus Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri bercerita soal audit yang dilakukan pihaknya terhadap Petral.

"Saya nggak apa-apa difitnah. Dibilang masuk angin dan segala macam, padahal kita sampaikan sesuatu berdasarkan pendalaman," kata Faisal.

Dirinya mengatakan bahwa Petral selama ini ternyata hanya trader, pedagang.

"Kita melakukan proses rekomendasi berdasarkan kajian. Apa itu Petral, kegiatannya apa saja. Banyak yang nggak tahu bahwa Petral lakukan trading juga. Selain impor juga ekspor," katanya.

Lebih lanut dirinya juga mengingatkan bahwa Indonesia nantinya pasti akan lebih banyak konsumsi BBM sedangkan produksi menurun. Inilah alasannya, kenapa Indonesia harus melakukan trading atau jual-beli migas.

"Nantinya, dalam trading ini apakah lebih banyak perusahaan IOC atau bagaimana. Itu nanti," tukasnya. (Pew/Nrm)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya