Liputan6.com, Jakarta -
Pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalin dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin selama kurang lebih dua jam membahas banyak hal. Mulai dari investasi smelter sampai penawaran impor sukhoi.Â
Â
Sofyan mengatakan, perusahaan tambang asal Rusia, yakni Rusal akan membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) alumina-alumunium di Kalimantan Barat.Â
Â
"Mereka tanya apakah ekspor raw mineral tetap berlaku jika mereka bangun smelter?. Saya jawab pemerintah sangat komitmen pengembangan smelter, dan ekspor bernilai tambah. Tapi pemerintah akan bantu kalau ada kesulitan saat perizinan investasi," tegas dia di Jakarta, Senin (22/12/2014).
Â
Hal lain yang menjadi topik pembicaraan, kata Sofyan, Rusia ingin membangun kawasan industri di Indonesia yang nantinya akan terintegrasi dengan pembangunan rel kereta api batubara di Kalimantan.Â
Â
Rusia, dijelaskan dia, merupakan negara tujuan ekspor Indonesia yang cukup potensial. Komoditas yang diimpor oleh Rusia antara lain perkebunan seperti minyak kelapa sawit mentah dan lainnya.Â
Â
"Mereka impor pasti lebih mahal karena mata uang Rubel melemah cukup signifikan. Tapi kita akan tetap memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan, karena nilai perdagangan kita dengan Rusia masih kecil sekali," ujar Sofyan.Â
Â
Poin penting dalam pembahasan antara keduanya terkait kerjasama dengan PT Pindad, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi peralatan dan perlengkapan pertahanan seperti kendaraan tempur, peluru, senjata dan lainnya.
Â
"Kerjasama itu sedang dijajaki Rusia dengan Pindad. Kita nggak mau jadi importir saja, sehingga perlu ada transfer teknologi seperti penjajakan kerjasama produksi peluru berkaliber besar," tuturnya.Â
Â
Kerjasama perdagangan lainnya, lanjut Sofyan mengenai impor sukhoi. Rusia diakuinya ingin menjual sukhoi kepada maskapai penerbangan di Indonesia dengan skema business to business (B to B). (Fik/Nrm)