Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga elpiji non subsidi ukuran 12 Kilogram (Kg) sebesar Rp 1.500 per Kg memicu peralihan konsumsi ke elpiji 3 Kg. Tabung melon ini merupakan barang subsidi yang justru dinikmati kalangan menengah atas.
Hal ini ditegaskan Pemilik Pangkalan Elpiji di Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Merni Waty Sipayung (42). Dia mengatakan, akibat kebijakan penyesuaian harga setiap tahun oleh Pertamina, sebagian besar konsumen elpiji 12 Kg berpindah ke elpiji 3 Kg.
"Elpiji 12 Kg jadi kurang peminat karena harga jualnya sudah terlalu mahal. Masa setiap tahun naik, bahkan tahun lalu sampai beberapa kali kenaikan. Akhirnya pada beralih ke tabung 3 Kg," keluh dia saat berbincang dengan Liputan6.com.
Advertisement
Lebih jauh Merni menjelaskan, pada dasarnya, pelanggan atau konsumen tabung elpiji 12 Kg adalah kalangan menengah atas, serta rumah makan, restoran sampai industri rumahan. Namun lantaran harga yang menggila, mereka meninggalkan elpiji 12 Kg.
"Rumah makan, perumahan sampai pabrik roti skala industri rumahan juga kabur pakai elpiji 3 Kg. Ini kan sudah nggak benar, karena tabung itu subsidi dan buat masyarakat bawah," tutur Wanita asal Medan, Sumatera Utara itu.
Peralihan konsumsi tabung ini diakui Merni sudah terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya saat harga elpiji 12 Kg terus merangkak naik.
Kesalnya lagi, Merni bilang, konsumen menengah ke atas beralibi membeli tabung melon untuk dijual kembali ke konsumen. Agen menjual elpiji subsidi sebesar Rp 14 ribu per tabung, dan tiba di tangan konsumen akhir dijual seharga Rp 18 ribu per Kg. Â
"Mereka mengaku pedagang, membeli tabung 3 Kg dengan alasan buat dijual lagi. Tapi saya tahu itu buat masak atau dipakai buat industri rumahan, makanya saya nggak kasih," terang Merni. (Fik/Ahm)