Studi Kereta Super Cepat Jakarta-Bandung Tuntas Tahun Ini

Pemerintahan Jokowi akhirnya tertarik membangun kereta super cepat (high speed railways/HSR) di Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 31 Mar 2015, 21:10 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2015, 21:10 WIB
7 Negara dengan Teknologi Kereta Api Tercepat di Dunia
Negara-negara ini telah mengalahkan Indonesia dalam hal teknologi kereta api cepat. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) akhirnya tertarik membangun kereta super cepat (high speed railways/HSR) di Indonesia. Dua rute yang akan masuk kajian atau studi dari pemerintah China adalah Jakarta-Bandung dan Jakarta Surabaya.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani mengaku, Presiden Jokowi saat lawatan ke Jepang dan China tak melewatkan kesempatan menjajal kereta super cepat di Beijing dan Shinkansen di Negeri Sakura.

"China mau melakukan kajian kereta super cepat dengan rute sementara Jakarta-Bandung dan Jakarta Surabaya," ujar dia kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Selasa (31/3/2015).

Sebelumnya pemerintah Jepang telah menggarap kajian atau studi kereta super cepat di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Franky mengaku, kedua kajian ini nantinya akan diadu dari aspek teknologi, investasi atau harga, dan sebagainya.

"Jepang dan China mengkaji. Iya (diadu) kan kita haus mendapatkan yang terbaik dong," tegasnya.

Saat dikonfirmasi mengenai kualitas produk China yang kurang memuaskan, seperti busway, Franky tak ingin berspekulasi. "Belum tentu, jangan judge seperti itu. Kualitas produk China juga belum tentu buruk," tambah dia.

Katanya, terpenting saat ini adalah China harus menuntaskan kajian atau studi kereta super cepat Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya pada tahun ini. Sementara untuk pendanaan atau investasi kereta tersebut, akan melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Pendanaannya kita dorong ada peran BUMN. Soal besaran atau porsinya berapa kita belum tahu karena belum masuk perhitungan. Yang jelas kajiannya harus selesai tahun ini," tegas Franky. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya