Orang Indonesia Lebih Percaya Hoki Bisnis Ketimbang Faktor Ahli

Sebagian besar investor Indonesia tidak terlihat adanya indikasi pengambilan keputusan investasi yang berdasarkan keahlian yang mumpuni.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Apr 2015, 12:15 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2015, 12:15 WIB
Ilustrasi Orang Kaya
Ilustrasi Orang Kaya (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari setengah investor Indonesia mengandalkan faktor keberuntungan dalam menanamkan dananya di instrumen investasi. Sebagian dari investor tersebut tidak mempunyai keahlian yang mumpuni dalam pengambilan keputusan investasi.

Director of Business Development PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Putut E. Andanawarih menjelaskan, dalam survei Manulife Investor Sentiment Index yang dilakukan perseroan secara kuartalan menjelaskan bahwa sebagian besar investor Indonesia puas dengan imbal hasil investasi yang mereka dapatkan sepanjang 2014 kemarin.

"Jumlah investor Indonesia yang puas ini lebih tinggi dibandingkan dengan di negara Asia lainnya," jelasnya seperti dikutip dalam ketarangan tertulis, Rabu (2/4/2015). Investasi tersebut lebih banyak masuk ke instrumen konvensional seperti tabungan atau deposito, properti dan asuransi.

Namun, ketika ditelusuri lebih dalam, alasan di balik kepuasan tersebut menunjukkan suatu pola yang mengkhawatirkan. Lebih dari setengah investor atau tepatnya mencapai 54 persen investor yang merasa puas tersebut mengaitkan kesuksesan mereka dengan faktor keberuntungan atau hoki. "Sementara lebih dari seperempat investor mengaitkannya dengan alasan kejadian yang tidak terduga," jelas Putut.

Sebagian besar investor Indonesia tidak terlihat adanya indikasi pengambilan keputusan investasi yang berdasarkan keahlian yang mumpuni. Sebagai perbandingan, di negara-negara Asia lainnya, para investor yang merasa puas mengaitkan kesuksesan mereka dengan pengelolaan investasi yang bijaksana, termasuk secara aktif melakukan rebalancing dan diversifikasi portofolio serta mengambil risiko dalam jumlah yang tepat. 

Investor Indonesia juga paling bullish ketika ditanya tentang proyeksi imbal hasil investasi di tahun 2015. Hampir seperempat investor atau mencapai 24 persen berharap mendapatkan imbal hasil investasi sebesar 20 persen atau lebih, dan secara rata-rata investor Indonesia mengharapkan imbal hasil investasi sebesar 14,5 persen, jauh di atas angka investor di Asia yang mengharapkan 10,2 persen.

Namun demikian, 68 persen investor Indonesia berencana untuk terus menambah porsi dana tunai selama enam bulan ke depan, dan 56 persen ingin menambah porsi investasi di properti.

Menurut Putut, porsi alokasi yang besar pada  tabungan atau deposito dan properti sebenarnya tidak sejalan dengan harapan investor yang menginginkan imbal hasil investasi sebesar 14,5 persen di tahun 2015. “Tingkat suku bunga deposito di Indonesia saat ini hanya setengahnya, yaitu sekitar 7 persen hingga 8 persen dan menurut pemerintah Indonesia akan ada kenaikan inflasi sebesar 3 persen hingga 5 persen pada tahun 2015, "Artinya imbal hasil dari simpanan di bank akan jauh lebih rendah.”  tutupnya.

Untuk diketahui, Manulife Investor Sentiment Index (MISI) di Asia adalah survei eksklusif yang dilakukan Manulife setiap kuartal untuk mengukur dan melacak pandangan investor di delapan negara di kawasan ini perihal perilaku mereka terhadap kelas aset utama dan hal-hal lain yang terkait dengan itu.

MISI didasarkan pada 500 wawancara di setiap negara yaitu Hong Kong, China, Taiwan, Jepang, dan Singapura; sementara di Malaysia, Filipina dan Indonesia, survei ini dilakukan secara tatap muka langsung. Responden adalah investor kelas menengah hingga papan atas, berusia 25 tahun ke atas yang menjadi pengambil keputusan utama dalam hal-hal keuangan di rumah tangga dan saat ini sudah memiliki produk investasi. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya