Menperin Usul Industri Pakai Torium Jadi Sumber Pembangkit

Tarif listrik industri Indonesia masih mahal membuat Indonesia tidak dapat bersaing dengan negara lain.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Apr 2015, 17:30 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2015, 17:30 WIB
Saleh Husin
Saleh Husin (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian, Saleh Husin mengusulkan, pembangkit listrik menggunakan energi murah yaitu thorium. Hal itu untuk mengatasi tarif listrik industri masih mahal.

Tarif listrik industri masih mahal membuat industri Indonesia tidak dapat bersaing dengan negara lain. Lantaran biaya produksi lebih mahal. "Saat ini harga listrik industri masih mahal," kata Saleh, di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (14/4/2015).

Saleh mengatakan, perlu efisiensi untuk menekan tarif listrik dengan sumber energi murah. Di Bangka Belitung (Babel) terdapat sumber energi untuk pembangkit dengan harga murah dan ramah lingkungan yaitu torium.

"Di Babel penggunaan torium untuk membangun energi harga murah ramah bisa bersaing salah satunya mengembangkan pembangkit energi torium," tutur Saleh.

Ia mengungkapkan, pembangkit listrik tenaga torium bisa menjadi pengganti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang saat ini masih dikhawatirkan.

"Kalau nuklir alergi kita pakai torium, ini murah ramah lingkungan. Industri kita bisa bersaing tidak kalah dengan tetangga kita.  Perlu dirumuskan bersamaan termasuk bangun yang mudah dan murah meski tak pakai nuklir," pungkas Saleh Husin.

Thorium dibilang bahan yang dikatakan lebih aman dibanding uranium dan plutonium. Jumlahnya pun lebih banyak di alam, diperkirakan bisa tiga hingga empat kali lipat dibanding uranium.

Banyak negara kini mulai mempertimbangkan rencana menggunakan torium sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir karena keamanannya dan ketersediaan bahan baku yang lebih banyak dibanding uranium. (Pew/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya