Liputan6.com, Jakarta Penyedia jasa perdagangan mata uang asing ForexTime (FXTM) mengungkapkan, penguatan dolar terhadap mata uang lain akan terus berlangsung. Hal itu menunggu kepastian The Fed untuk menaikan suku bunga acuannya.
Kepala Analisa Pasar FXTM Jameel Ahmad mengatakan, kendati dolar melemah namun itu hanya akan bersifat sementara.
"Sejujurnya, setiap kelemahan dolar Amerika menjadi tren sementara, dan telah memberikan kesempatan bagi pelaku perdagangan untuk membeli dolar," kata dia, di Jakarta, Kamis (16/4/2015).
Tak hanya dolar, mata uang yang memiliki peluang menguat ialah poundsterling. Kekuatan mata uang negeri Ratu Elizabeth tersebut ialah keyakinan Gubernur Bank of England, Mark Carney untuk mencapai target inflasi.
"Pernyataan dari Gubernur Bank of England Mark Carney yang mengatakan bahwa rendahnya tren inflasi patut dipandang sebagai kondisi sementara, dan meyakini bahwa ekonomi Inggris akan mencapai target inflasinya dalam dua tahun," ujarnya.
Sebagai informasi kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) menunjukkan, nilai tukar rupiah menguat 138 poin ke level 12.838 per dolar AS dari 12.976 pada perdagangan sebelumnya.
Rupiah memang tercatat bergerak melemah sejak akhir pekan lalu menyusul spekulasi terhadap kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).
Sementara data valuta asing Bloomberg mencatat nilai tukar rupiah menguat 0,47 persen ke level 12.845 pada perdagangan pukul 9.32 waktu Jakarta. Padahal rupiah sempat dibuka melemah di level 12.961 per dolar AS dari level 12.905 per dolar As pada perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan hari ini, rupiah tampak terus berfluktuasi menguat di kisaran 12.810 - 12.961 per dolar AS.
Analisa ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta juga menunjukkan penguatan rupiah pada perdagangan hari ini dipicu neraca perdagangan yang surplusnya meningkat. Apalagi jumlah surplus melampaui ekspektasi.
"Surplus neraca perdagangan membuat rupiah menguat cukup tajam hari ini," ujarnya.(Amd/Nrm)