Weekly Top 5 Bisnis: Mie Instan RI Diserbu di Malaysia

Berikut lima artikel paling populer di kanal bisnis Liputan6.com, pada 4-9 Mei 2015:

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Mei 2015, 11:58 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2015, 11:58 WIB
Ilustrasi Mie Instan
Ilustrasi Mie Instan

Liputan6.com, Jakarta - Selama tiga tahun terakhir, tren impor produk makanan Malaysia dari dunia rata-rata tumbuh sebesar 7,27 persen per tahun. Sementara impor dari Indonesia setiap tahunnya tumbuh lebih tinggi rata-rata sebesar 14,08 persen.

Duta Besar RI di Malaysia Marsekal Herman Prayitno mengatakan, meski tidak besar, pangsa pasar produk makanan dan minuman (mamin) Indonesia di Malaysia pada 2014 sekitar 11,83 persen dengan nilai ekspor tercatat US$ 897,98 juta atau naik 1,58 persen dibandingkan ekspor tahun 2013. Salah satu produk Indonesia yang digemari di Malaysia adalah mi instan.

Artikel tentang suksesnya produk Indonesia di Malaysia tersebut menjadi berita yang paling dicari pembaca Liputan6.com dalam pekan ini. Selain itu masih ada beberapa  artikel lain yang menarik perhatian.

Lengkapnya, berikut lima artikel paling populer di kanal bisnis Liputan6.com, pada 4-9 Mei 2015:

1. Mie Instan RI Diserbu di Malaysia

Banyak orang percaya, mi instan mengandung lapisan lilin yang berbahaya bagi kesehatan.

Duta Besar RI di Malaysia Marsekal Herman Prayitno mengatakan, dalam pameran pameran Experience Remarkable Indonesia (ERI) 2015 di Mal NU Sentral Kuala Lumpur yang baru saja berakhir pada Minggu (3/5/2015) kemarin, produk makanan Indonesia banyak diserbu pengunjung.

Menurut catatan Atase Perdagangan Indonesia di Kuala Lumpur Fajarini Puntodewi, selama pameran, produk mi instan paling banyak dibeli pengunjung. Kemudian disusul oleh kopi Kapal Api yang meluncurkan produk barunya Java Latte KAW, air kelapa Karta, dan kacang Mayasi.

2. Produk RI Ini Mampu Ungguli China

Foto: Daikin Air Conditioner

Produk Indonesia terbukti lebih mampu mengungguli produk asal negeri tirai bambu, China. Buktinya produk instalasi pemasangan pendingin ruangan (PIR Ducting Air Conditioner) Indonesia kebanjiran order saat berpartisipasi dalam pameran The 117th China Import and Export Fair (Canton Fair) 2015 yang berlangsung 15-19 April 2015 di Guangzhou, China.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (PEN Kemendag), Nus Nuzulia Ishak mengatakan, permintaan akan PIR Ducting Air Conditioner ini datang dari berbagai negara seperti Australia, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Singapura.

"Perusahaan pendingin ruangan dari Australia berniat menjadi agen dengan minimal order 20 kontainer produk ducting AC selama setahun. Ini bukti bahwa kita mampu bersaing dengan China," ujar Nus.

3. ‎7,45 Juta Penduduk RI Menganggur, Terbanyak Lulusan SMK

Ilustrasi Pengangguran (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Perlambatan ekonomi mengakibatkan jumlah pengangguran di negara ini kian bertambah. Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), ‎angka pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu orang selama setahun dari Februari 2014 sampai Februari 2015.

Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, angkatan kerja Indonesia pada bulan kedua ini sebanyak 128,3 juta orang atau meningkat 6,4 juta orang dibanding Agustus 2014. Sedangkan dibanding Februari tahun lalu, bertambah sebanyak 3 juta orang.

4. Rumah Termurah di Indonesia Dibangun, Cek di Sini Lokasinya!

Ilustrasi (Istimewa)

Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) akan segera membangun hunian termurah di Indonesia. Sebanyak 400 unit rumah bakal berdiri di atas lahan seluas 10 hektare (ha) di Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Ketua Umum APERSI, Eddy Ganefo mengungkapkan, pihaknya sedang mempersiapkan pembangunan rumah dengan harga di bawah Rp 100 juta per unit. Ini adalah untuk pertama kalinya di Indonesia dan masuk Program Sejuta Rumah. 

5. Kinerja 3 Menteri Ini Dianggap Belum Maksimal

Jokowi dan JK berpose bersama para Menteri Kabinet Kerja di depan Istana Negara, Jakarta, Senin (27/10/2014). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan pertumbuhan ekonomi hanya 4,7 persen pada kuartal I 2015 salah satunya disebabkan oleh kurang cakapnya tim ekonomi dalam Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Direktur Indef Enny Sri Hartati mengatakan, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan tim ekonomi ini dinilai malah semakin memberatkan masyarakat, sehingga daya beli semakin menurun. "Ada problem kecakapan dalam mengelola ekonomi. Kebijakan pemerintah bukan menstimulus justru malah menganggu," ujar Enny.

(Gdn/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya