Tak Mau Ketinggalan, RI Harus Bangun 5 Reaktor Nuklir di 2025

Kementerian Ristek dan Dikti membangun dan menyiapkan Rekayasa Daya Eksperimen (RDE) PLTN untuk edukasi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 12 Mei 2015, 12:29 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2015, 12:29 WIB
M Nasir Dan Anies Bawesdan
M Nasir (Kiri), Anies Bawesdan (kanan) (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mendesak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk membangun 5 reaktor nuklir dalam 10 tahun mendatang. Upaya ini perlu ditempuh agar Indonesia tidak ketinggalan dengan negara lain dalam memenuhi kebutuhan listrik.

Hal tersebut dikemukakan Menteri Ristek dan Dikti, M Nasir sebelum Rakor Inkubator Wirausaha di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (12/5/2015). Nasir mengaku, pembangunan PLTN secara komersial merupakan wewenang dari Kementerian ESDM.

"‎Kita harus sudah selesai membangun 5 pasang reaktor nuklir di 2025. Jika sepasang reaktor nuklir menghasilkan produksi listrik 1.400 Megawatt (Mw), maka totalnya bisa mencapai 14 ribu Mw. Minimal 10 ribu Mw," tegas dia.

Negara lain sebenarnya cukup tertarik membenamkan investasi untuk pembangunan reaktor nuklir maupun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Sebut saja perusahaan Rusia NUKEM Technologies GmBH, anak usaha dari Rosatom yang merupakan perusahaan nuklir milik pemerintah, bersama dengan PT Rekayasa Engineering dan PT Kogas Driyap Konsultan akan mengerjakan pembangunan reaktor gas cooled multifungsi bersuhu tinggi dengan kapasitas 10 Megawatt (Mw) di kawasan Serpong, Banten.

"Negara lain tuh rebutan (investasi), bukan mau doang. Kita saja yang belum berani atau membuka diri," ujar dia.

Lebih jauh dijelaskan Nasir, Indonesia pada dasarnya sudah siap‎ membangun PLTN dari sisi komersial. Sayangnya, kata dia, masih ada ketakutan di kalangan masyarakat terhadap teknologi tersebut.

"‎Sebenarnya kita sudah siap dari sisi komersial, tapi masyarakat saja yang masih ada ketakutan. Saya sudah mencoba mensosialisasikannya, karena sudah waktunya kita move on ke nuclear power plant. Kalau tidak, kita bisa ketinggalan," tegas dia.

Nasir menambahkan, Kementerian Ristek dan Dikti membangun dan menyiapkan Rekayasa Daya Eksperimen (RDE) PLTN untuk edukasi yang menghasilkan listrik 30 Mw. Dalam membangun RDE PLTN untuk edukasi, lanjutnya, Kementerian Ristek dan Dikti belajar dari Jepang, Korea Selatan, Rusia, Finlandia dan Jerman.

"Kami bangun untuk edukasi dan riset. Saat ini masuk uji tapak di 2015, dan proses pembangunan pada tahun depan sehingga diharapkan mulai commisioning pada 2018," jelas Nasir.(Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya