Kekhawatiran Banjir Stok Picu Harga Minyak Susut

Harga minyak sempat menetap di bawah US$ 50 per barel untuk pertama kalinya sejak awal April.

oleh Nurmayanti diperbarui 24 Jul 2015, 05:24 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2015, 05:24 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Tambang Minyak 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah Amerika Serikat merosot dipicu kekhawatiran tentang kelebihan stok di pasar global. Harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman September turun 74 sen (1,5 persen) menjadi US$ 48,45 per barel di New York Mercantile Exchange. Ini menjadi penutupan terendah sejak 31 Maret.

Sedangkan Brent, harga patokan minyak global turun 86 sen (1,5 persen) ke posisi US$ 55,27 per barel di ICE Futures Europe. Ini juga menjadi yang terendah sejak 2 April.

"Kami mengharapkan pasar untuk tetap memiliki kelebihan pasokan di tahun berikutnya, untuk menjaga harga tenang," kata Thomas Pugh, Analis Komoditas di Capital Economics, melansir laman Wall Street Journal.

Harga minyak sempat menetap di bawah US$ 50 per barel untuk pertama kalinya sejak awal April pada Rabu. Kenaikan tak terduga cadangan minyak mentah AS, yang diumumkan awal pekan ini, dikombinasikan dengan kenaikan produksi dari negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), meningkatkan kekhawatiran bahwa kelebihan pasokan di pasar akan berjangka panjang.

Harga minyak sempat naik usai adanya ekspektasi bahwa pemotongan pengeboran akan menyebabkan penurunan produksi minyak AS. Meski belum menjadi kenyataan, produksi minyak memang meningkat di Arab Saudi, Irak dan tempat lain.

Lembaga Informasi Energi AS pada Rabu, mengatakan persediaan minyak mingguan naik 2,5 juta barel, di saat analis mengharapkan terjadi penurunan.

"Banyak rig tidak beroperasi jadi seharusnya ini berarti penurunan produksi, dan yang belum terjadi sejauh ini," kata Rusty Braziel, Konsultan Energi.

Konsultasi Energi memperkirakan pasokan global naik 690 ribu barel per hari selama bulan Juni, mencapai 95.080.000 barel per hari. Pasokan terbesar datang dari produsen OPEC, di mana Arab Saudi memompa sekitar 10,6 juta barel per hari, sebagai rekor tinggi.

"Dengan memperluas produksinya ke posisi tertinggi dalam tiga tahun, OPEC memastikan bahwa pasokan pasar minyak akan tetap berlimpah," jelas Commerzbank dalam sebuah laporan.(Nrm/Igw)

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya