Dolar Menguat, BI Imbau Masyarakat Transaksi Pakai Rupiah

BI mengimbau masyarakat untuk melakukan transaksi menggunakan rupiah di dalam negeri.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 27 Jul 2015, 15:12 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2015, 15:12 WIB
Rupiah Melemah
Rupiah Melemah

Liputan6.com, Jakarta - Bank Idonesia (BI) mengimbau masyarakat untuk melakukan transaksi menggunakan rupiah di dalam negeri. Selain untuk menjaga kedaulatan mata uang, hal itu untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Hal tersebut disampaikan Gubernur BI Agus Martowardojo saat mengikuti halal bihalal di kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Rupiah ada fluktuasi, BI selalu ada di pasar untuk menjaga agar volatilitas itu berada di batas yang sehat dan kepercayaan masyarakat terjaga. Kami pesan selain kebijakan utama BI, BI juga minta ke masyarakat untuk jaga kedaulatan rupiah agar semua pembayaran transaksi di NKRI dilakukan dalam rupiah," kata dia Jakarta, Senin (27/7/2015).

Agus meminta masyarakat tak perlu khawatir akan pelemahan rupiah terhadap dolar. Lantaran, hal tersebut merupakan imbas dari perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dirasakan hampir semua negara.

"Kami mungkin bisa sampaikan bahwa kondisi nilai tukar Indonesia semua dalam keadaan baik. Kita tidak perlu khawatir dengan nilai tukar Indonesia, kalau pun kita mendalami terkait nilai tukar, memang ada kondisi eksternal yang pengaruhi. Dan kondisi eksternal itu yang utama adalah bahwa ekonomi AS terus mengalami perbaikan," katanya.

Kemudian, ditambah oleh keyakian The Fed untuk menaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat. "Pernyataan dari Pimpinan The Fed sudah semakin optimis bahwa Fed Rate akan meningkat, jadi hal itu yang terjadi dan berdampak ke seluruh ekonomi dunia. Kita mengetahui bahwa kalau kondisi seperti ini terjadi dolar yang menguat dan mata uang negara lain terpengaruh," ujarnya.

Namun demikian, Agus mengatakan faktor itu tetap menjadi perhatian BI. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan kondisi perekonomian China yang belum stabil.

"Kita dikejutkan koreksi yang terjadi di pasar modal China sebesar 30 persen. Hal ini juga berpengaruh, tidak langsung ke Indonesia tapi pengaruh ke confident ke masyarakat dunia bahwa di dunia sedang terjadi ketidakpastian,"tutupnya. (Amd/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya