Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan melakukan stress test rupiah di level tertentu sebagai skenario terburuk untuk menguji daya tahan dan kualitas bank di tengah gejolak perekonomian saat ini.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengungkapkan, stress test dilakukan bersama-sama dari mulai level rupiah yang paling rendah sampai yang paling ekstrem. Ini untuk menguji kecukupan modal perbankan.
"Yang namanya skenario mau dibuat ekstrem atau tidak, tapi harus make sense bisa buat stress test Rp 14 ribu atau Rp 15 ribu per dolar Amerika Serikat (AS)," ujar dia saat ditemui di kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (13/8/2015).
Advertisement
Diakuinya, saat ini tingkat risiko kredit perbankan masih di level aman. Namun ada kenaikan dari prosentase kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) nett menjadi 1,25 persen dan NPL gross sebesar 2,55 persen.
Muliaman mengatakan, pihaknya dan otoritas terkait seperti Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pun melakukan stress test. Hasilnya, dia meyakini daya tahan perbankan Indonesia cukup kuat, artinya kecukupan modal bank tinggi.
"NPL memang naik tapi bisa diatasi. Caranya kita minta ini lebih rutin dan melihat berbagai macam kegiatan bersama untuk mendiskusikan rencana kerja perbankan. Kita yakin daya tahan perbankan dari seluruh gejolak cukup baik," tegas Muliaman. (Fik/Ndw)