Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah masih tertekan di awal perdagangan Kamis (20/8/2015). Sentimen yang menjadi penekan rupiah masih sentimen yang sama dengan sepekan kemarin yaitu devaluasi yuan. Namun, pada perdagangan hari ini masih ada sentimen penekan lain yaitu aksi jual yang dilakukan oleh para trader.Â
Menurut data Bloomberg, nilai tukar berada pada kisaran level 13.848 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 11.01 WIB. Sejak pagi hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.824 per dolar AS hingga 13.857 per dolar AS.
Sementara, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah 0,1 persen menjadi 13.838 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 13.824 per dolar AS.
Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengatakan, tekanan rupiah murni berasal dari faktor eksternal, dimulai dari devaluasi mata uang Yuan dan adanya persepsi pedagang (trader) mata uang terhadap berbagai masalah yang melanda negara-negara di Asia Tenggara.
"Dipersepsikan para trader mata uang bahwa Asia Tenggara ini ada sedikit masalah dengan bom di Thailand, gonjang ganjing politik di Malaysia, Vietnam baru sama mendevaluasi mata uangnya. Jadi tekanan terhadap rupiah memang tidak mudah akhir-akhir ini," jelas dia.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengungkapkan, ada dua faktor yang membuat nilai tukar rupiah terus tertekan. Faktor pertama adalah faktor eksternal. Penyebabnya diawali oleh Amerika Serikat (AS) yang menggelontorkan dolar AS ketika perekonomiannya sedang turun pada 2008. Kini karena perekonomian AS sudah mengalami penguatan, maka mereka berencana untuk menaikan tingkat suku bunganya dan menarik dolar AS. Hal tersebut mengkawatirkan negara lain termasuk Indonesia.
Selain itu, China juga sedang menjalankan kebijakan pemangkasan nilai mata uang karena sedang terjadi perlambatan ekonomi. Dengan pemangkasan nilai mata uang atau devaluasi tersebut diharapkan produk ekspor China bisa dijual murah sehingga bersaing dengan produk dari negara lain. Dengan langkah itu diharapkan industri di negeri Tirai Bambu tersebut bisa kembali berjalan maksimal.
Menurut Agus, kedua hal tersebut berdampak ke Indonesia dengan melemahnya nilai tukar rupiah. "Kondisi bisnis tidak baik, mau tak mau ekspor turun. Harga komoditi 3 tahun terakhir umumnya sumber daya alam secara kuartal per kuartal terus turun berdampak pada kinerja perekonomian Indonesia," kata Agus.
Agus menambahkan, faktor kedua yang membuat perekonomian Indonesia bergejolak adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi saat ini hanya 4,7 persen. "Sedangkan di Indonesia sendiri ada dua tantangan. Pertama pertumbuhan ekonomi yang pelan. Sekadang di kisaran 4,7 persen. Kondisi ini membuat dunia mempertanyakannya dan ini jadi risiko," ungkapnya.
Ia melanjutkan, selain perlambatan ekonomi adalah masalah fiskal Indonesia. Pasalnya, Indonesia masih menjadi negara impor hal tersebut sangat berpengaruh pada fluktuasi nilai tukar rupiah. (Ilh/Gdn)
Devaluasi Yuan Masih Tekan Rupiah
Rupiah masih tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan kamis (20/8/2015) dikarenakan devaluasi yuan.
Diperbarui 20 Agu 2015, 13:00 WIBDiterbitkan 20 Agu 2015, 13:00 WIB
Petugas memperlihatkan uang pecahan US$100 dan rupiah di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Rupiah Masih Lesu terhadap Dolar AS Imbas Perang Tarif, Sentuh Level Segini
6 Potret Seru Fuji dan Rachel Vennya saat Festival Songkran 2025 di Thailand, Basah Kuyup
Gayle King dan Lauren Sanchez Jawab Kritik Publik atas Penerbangan Ruang Angkasa yang Dinilai Buang Sumber Daya Percuma
150 Toko Vape Tutup Setiap Tahun, Ribuan Pekerja Kehilangan Penghasilan
Hal Luar Biasa yang Terjadi saat Seorang Hamba Dicintai Allah SWT, Diungkap UAH
Potret Aurora Ribero dalam Balutan Kebaya Bali, Sukses Perankan Komang
Comeback Kembali Usai Hiatus, ENHYPEN akan Rilis Mini Album Terbarunya pada Juni Mendatang
Kasus Penganiayaan ART, Korban Dibayar Rp2,5 Juta Setelah 4 Bulan Bekerja
Tarif Baru AS Ubah Peta Investasi Dunia, Bagaimana Strateginya?
Fokus : Tebing 15 Meter di Pangalengan Longsor Tutup Ruas Jalan
UMKM Terima 25.509 Sertifikat Halal dan Rp 57,5 Triliun KUR pada Kuartal I 2025
Bus Transjakarta Terekam E-TLE, Polda Metro: Bisa Jadi Pelatnya Belum Terdaftar