Rupiah 14.000 per Dolar AS, Pemerintah Harus Bentuk Pusat Krisis

Merosotnya keadaan perekonomian nasional akibat kondisi perekonomian dunia yang juga mengalami penurunan.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 24 Agu 2015, 21:02 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2015, 21:02 WIB
Rupiah melemah
Rupiah melemah

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali, Aburizal Bakrie (Ical) mengaku prihatin terhadap kondisi perekonomian nasional saat ini, terlebih nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini sudah mencapai 14.000 per dolar AS.

Hal itu disampaikan Ical disela-sela konferensi pers pengarahan DPP Golkar ke Fraksi Golkar di DPR tentang UU Perbankan dan Bank Indonesia.

"Partai Golkar menyarankan pemerintah harus segera membentuk pusat krisis, untuk menangani, menghadapi permasalahan yang sangat sulit ini. Tidak bisa dibiarkan bahwa satu menteri bergerak ke kiri dan satu ke kanan. Dimana semua penangan sulit ini tidak ada di dalam satu komando," kata Ical di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Mantan Menko Kesra ini juga mengakui, bahwa merosotnya keadaan perekonomian nasional akibat kondisi perekonomian dunia yang juga mengalami penurunan drastis.

"Kita sulit menangani atau menghadapi satu keadaan yang sulit ini. Seperti pagi tadi dimana Bursa mengalami penurunan 5 persen, dan dolar mencapai angka mencapai 14.000 per dolar AS dan tentu ini dapat membahayakan perekonomian kita maupun pemerintah," ujarnya.

Dia berharap, dengan adanya pusat krisis, pemerintah dapat satu komando berkerja meningkatkan perekonomian nasional.

"Golkar konsen, prihatin. Kita harapkan ahli-ahli ekonomi di suatu koordinasi pusat krisis dapat membahas bagaimana membuat Indonesia lebih baik ke masa yang akan datang,” tandas Ical.

Untuk diketahui, dalam kurs JISDOR, Senin (24/8/2015), rupiah berada di kisaran 13.998 per dolar AS. Dolar AS makin menguat terhadap rupiah. Dengan naik 103 poin dari level rupiah 13.895 per dolar AS pada Jumat 21 Agustus 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada Senin 24 Agustus 2015.

Nilai tukar rupiah sudah mengalami depresiasi sekitar 12,21 persen dari 12.474 pada awal tahun 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada awal pekan ini. (Taufiqurrohman/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya