Meski Kecewa, Jepang Tetap Tergiur Investasi di Indonesia

Pemerintah Jepang mengaku kecewa karena Indonesia lebih memilih China untuk menggarap proyek kereta super cepat Jakarta-Bandung.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Okt 2015, 21:55 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2015, 21:55 WIB
Ilustrasi Investasi
Ilustrasi Investasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil telah kembali dari kunjungannya ke Jepang. Di Jepang, Sofyan Djalil diperintahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjelaskan kepada pemerintah Jepang terkait penolakan Indonesia soal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Saat ditemui di Istana Kepresidenan, Sofyan menceritakan pemerintah Jepang menegaskan merasa kecewa. Namun setelah dijelaskan oleh Sofyan, Jepang mampu mengerti apa keputusan Presiden Jokowi soal kereta cepat tersebut.

‎"Secara umum tentu pihak Jepang kecewa, tapi kecewa itu mereka menyadari juga bahwa ini adalah keputusan Pemerintah Indonesia, dan kita katakan bukan masalah kita lebih ke China daripada Jepang, tetapi bisnis modelnya. Karena dana ini bisa kita gunakan untuk infrastruktur dasar yang lebih dibutuhkan, maka kereta api cepat ini kita serahkan secara bisnis (B to B)," cerita Sofyan, Kamis (1/10/2015).

Selama di Jepang, Sofyan tidak bertemu dengan Perdana Menteri Jepang, namun hanya bertemu dengan Sekretaris Kabinet nya PM Jepang, di mana dia merupakan orang nomor dua di Jepang setelah PM Jepang.

Meski begitu, Sofyan menjelaskan masih banyak peluang kerjasama Indonesia dengan Jepang dalam membangun infrastruktur di Indonesia. Maka dari itu, Sofyan memastikan hubungan Indonesia dengan Jepang tetap baik-baik saja.

‎"Lalu kita katakan bahwa komitmen indonesia meningkatkan hubungan dengan jepang dalam ekonomi tidak ada perubahan apapun," tegas Sofyan.

Ditegaskan Sofyan dengan bentuk Presiden Jokowi mengirimkan Menteri Senior layaknya dirinya, menjadikan bentuk penghormatan Indonesia kepada Pemerintah Jepang meski telah membuat Jepang kecewa.

‎"Walaupun sebenarnya bisa melalui dubes, tetapi dg mengirim utusan khusus, menunjukkan bahwa kita menganggap permasalahan ini cukup serius dan juga mengirim menteri senior untuk menjelaskan," tutupnya. (Yas/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya