Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melakukan sejumlah upaya untuk menahan laju pemutusan hubungan kerja (PHK). Langkah tersebut diharapkan bisa menggairahkan investasi di Tanah Air sehingga menahan gelombang PHK.
Kepala BKPM, Franky Sibarani mengatakan, BKPM sedang berkonsolidasi dengan para pemilik modal untuk menyerap tenaga kerja di Tanah Air. Setidaknya, menurutnya, terdapat 16 perusahaan yang bakal merekrut tenaga secara besar-besaran.
"BKPM berkonsolidasi dengan semua investor. Kemudian ada 16 perusahaan dalam waktu dekat ini dan ke depan akan merekrut 120.000 tenaga kerja di hampir 15 kabupaten kota. Ada dua provinsi, yaitu Jawa Tengah dan Jawa Barat," katanya seperti ditulis, Sabtu (3/10/2015).
Franky mengatakan, terhitung dari 2015 sampai 2016, perusahaan-perusahaan di Indonesia akan menyerap 60.000 tenaga kerja. Dengan begitu, PHK massal yang menjadi ketakutan banyak pihak akan teratasi.
Upaya untuk menahan laju PHK massal tersebut akan segera diumumkan dan dilaporkan kepada Presiden Jokowi.
Pelemahan ekonomi yang sedang dialami Indonesia mengancam PHK di banyak sektor industri, terlebih pada sektor tekstil. Franky menyatakan, BKPM berkomitmen untuk membantu industri tersebut. "Industri tekstil dan sepatu yang kesulitan, tapi berpotensi PHK kita bantu fasilitasi pemerintah setidaknya tidak PHK," tandas dia.
Sebelumnya disebutkan bahwa banyak perusahaan yang melakukan PHK, salah satunya di sektor tekstil dan produk tekstil. Sekitar 36.000 karyawan dirumahkan karena penurunan pertumbuhan ekonomi.Â
Salah satu yang sektor terkena dampak besar akibat turunnya daya beli masyarakat adalah sektor padat karya, yang menggantungkan penjualan produknya di pasar dalam negeri.
"Biasalah kalau kondisi begini, pasar dalam negeri tak mampu mengangkat ya dirumahkan karyawannya," ujar Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat saat dihubungi Liputan6.com.
Ade mengatakan, perusahaan harus berupaya ekstra keras di tengah kondisi seperti saat ini. Jika tak mampu bertahan, maka merumahkan karyawan terpaksa harus dilakukan agar bisnis terus berlanjut.
"Sudah dari November 2014 daya beli masyarakat turun. Yang kesulitan adalah yang orientasi pasar dalam negeri, kalau yang ekspor tidak," katanya.
Dia mengatakan, di kala perusahaan tengah berjibaku menghadapi situasi sulit saat ini, produk impor masih banjir dan menambah beban perusahaan.
Dia menyebut, puluhan ribu orang terpaksa dirumahkan dan beberapa perusahaan juga menutup usahanya karena tak sanggup lagi memikul beban. Kondisi ini merata terjadi di sektor industri tekstil dan produk tekstil seluruh Indonesia.
"Kurang lebih 36.000 telah kena PHK. Dari total pekerja langsung kami 2,5 juta, jadi kira-kira 1,5 persen. Tapi itu pun mengkhawatirkan karena di Indonesia industri itu seharusnya berkembang pesat," tutup Ade. (Amd/Gdn)*
Langkah BKPM Hadang PHK Massal
Upaya untuk menahan laju PHK massal tersebut akan segera diumumkan dan dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
diperbarui 03 Okt 2015, 09:38 WIBDiterbitkan 03 Okt 2015, 09:38 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Semeru, Gunung Tertinggi Jawa yang Menyimpan Misteri
Tidak Melulu Putih Ini Warna-Warna Petir
Relawan Prabowo Dukung Isran Noor, Kode IKN Lanjut?
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Sabtu 23 November 2024
Melihat Desa Kecil di NTB yang Membangkitkan Harapan Hutan Bakau
Pertama di Asia, Hotel Berkonsep Storytelling Resmi Dibuka di Jakarta
Survei PUSKAPI, Banyak Warga Musi Banyuasin Belum Tahu Ada Pilkada Sumsel 2024
Waktu Terbaik Sholat Taubat, Lengkap dengan Bacaan Dzikir dan Doanya
Maruarar Sirait: Jokowi dan Prabowo Hanya Dukung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta
Jelajah Keunikan dan Pesona Pulau Tikus Bengkulu
Galaksi Hantu NGC 4535 Contoh Sempurna Galaksi Spiral di Alam Semesta
Kemenag Gorontalo Lambat Cairkan Tukin P3K, Mahasiswa Ikut Protes