Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menegaskan Penyertaan Modal Negara (PMN) tidak akan digunakan untuk menutup kerugian perusahaan pelat merah, salah satunya PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).
Sekretaris Kementerian BUMN, Imam A Putro mengungkapkan, Banggar DPR menyetujui usulan suntikan modal untuk Krakatau Steel senilai Rp 1,5 triliun dalam bentuk dana segar dan non tunai Rp 956,49 triliun di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016.
"PMN ini utamanya untuk me-leverage, bukan untuk menutup kerugian BUMN," tegas Sekretaris Kementerian BUMN, Imam A Putro saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (12/10/2015). Â
Advertisement
Penegasan ini menjawab pertanyaan salah satu anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR, Kahar Muzakir yang khawatir dengan pemberian suntikan modal ini akan digunakan Krakatau Steel untuk menambal kerugian dalam laporan keuangannya.
"Apa PMN untuk Krakatau Steel buat nutup kerugian? Karena posisi perusahaan ini masih menanggung rugi. Masa APBN disuruh menutup kerugian, dosa sama rakyat. Ini harus dijelaskan, kalau sampai rugi lagi, uang rakyat bakal tergerus, kita sedih karena punya tanggung jawab moral ke rakyat," terang dia.
Tujuan dari PMN tersebut untuk digunakan mendukung rencana Krakatau Steel dalam membangun pabrik baru dan pembangunan pembangkit listrik guna mendukung kinerja pabrik. Dengan adanya penambahan modal dari negara itu, BUMN ini bisa menambah kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sesuai rencana, nantinya kapasitas produksi Krakatau Steel akan dinaikkan dari yang sekarang 2,4 juta ton menjadi 3,9 juta ton. Pemberian PMN bisa dilakukan untuk memperkuat industri nasional. Apalagi, proyek infrastruktur pada era Presiden Jokowi sedang getol dilaksanakan sehingga kebutuhan baja akan meningkat drastis.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi US$ 134,93 juta pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya rugi US$ 86,84 juta.
Pendapatan bersih turun menjadi US$ 677,23 juta pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 909,19 juta. Kinerja tersebut didorong dari beban umum dan administrasi naik menjadi US$ 59,68 juta pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 54,33 juta. (Fik/Ahm)