Menko Darmin Tak Puas Meski Neraca Perdagangan Cetak Rekor

BPS melaporkan surplus neraca perdagangan US$ 7,13 miliar untuk periode Januari-September 2015 merupakan terbesar dalam empat tahun.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Okt 2015, 16:33 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2015, 16:33 WIB
20151015-Sosialisasikan-Paket-Kebijakan-Ekonomi-jilid-IV-Jakarta-Darmin-Nasution
Menko Perekonomian Darmin Nasution saat sosialisasi paket kebijakan jilid IV di Gedung Menko Perekonomian, Jakarta,Kamis (15/10/2015). Darmin menilai paket kebijakan ekonomi pertama yang dirilis September lalu terlalu ambisius. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan US$ 7,13 miliar untuk periode Januari-September 2015 merupakan terbesar dalam empat tahun berturut-turut sejak 2012. Pencapaian ini belum dirasa puas oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution karena penurunan impor lebih cepat dibanding ekspor.

"Sebetulnya ekspor turun, tapi impornya turun lebih cepat. Labanya surplus. Jadi sebenarnya itu ada berita baiknya, tapi belum cukup. Akan cukup kalau surplus terjadi karena total ekspor naik," ujar dia di kantornya, Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Lebih jauh dijelaskan Darmin, kinerja ekspor masih lesu karena Indonesia belum mempunyai produk ekspor andalan cukup banyak selain hasil sumber daya alam. Dia mengaku, ada empat produk industri yang cukup menopang ekspor Negara ini.

"Industri pangan, seperti biskuit dan lainnya. Kedua, permata dan perhiasan termasuk batu akik. Kita lumayan masih punya batu akik tapi kan tidak besar jumlahnya. Ketiga, produk otomotif dan keempat, alas kaki, sepatu. Sedangkan produk lain, kenaikan ekspornya lambat atau malah turun," papar dia.

Oleh sebab itu, Darmin mengatakan, pemerintah melakukan deregulasi, menyederhanakan perizinan investasi di sektor industri serta membantu pembiayaan ekspor bagi perusahaan yang terancam merumahkan karyawannya.

"Sebab perusahaan atau industri ini berorientasi ekspor, jadi kita harus dukung. Salah satunya pembiayaan ekspor tanpa CAR, jadi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bisa memberi pinjaman lebih banyak," terang dia.

BPS sebelumnya mengumumkan neraca perdagangan surplus US$ 1,02 miliar pada September 2015. Secara total, surplus neraca perdagangan sekitar US$ 7,13 miliar untuk periode Januari-September 2015.

Kepala BPS Suryamin menuturkan, total surplus neraca perdagangan Januari-September 2015 itu merupakan terbesar dalam empat tahun berturut-turut sejak 2012.

"Surplus neraca perdagangan terbesar keempat pada September kalau dibandingkan bulan sebelumnya. Pertama pada Juli surplus US$ 1,3 miliar, Mei surplus US$ 1,08 miliar, Maret sebesar US$ 1,03 miliar, dan September mencatatkan surplus US$ 1,02 miliar," kata Suryamin.

Ia mengatakan, meski ekspor menurun, tetapi mulai meningkat. Suryamin menambahkan, ekspor Indonesia mencapai US$ 12,53 miliar pada September 2015 atau turun 1,55 persen dibandingkan Agustus 2015.

Total ekspor dari Januari-September 2015 turun 13,29 persen menjadi US$ 115,07 miliar. Atau turun 13,29 persen dibandingkan periode sama tahun 2014.

Sementara itu, total impor pada September mencapai US$ 11,51 miliar atau turun 7,16 persen dibandingkan Agustus 2015. Secara kumulatif impor Januari-September 2015 mencapai US$ 107,94 miliar atau turun 19,67 persen dibandingkan periode sama tahun 2014. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya